Mohon tunggu...
Destini Puji Lestari
Destini Puji Lestari Mohon Tunggu... lainnya -

19.Suka sekali dengan Mayonese. Kuliah di kota Lunpia. Mumpung masih muda, gunakan energi dan pikiran untuk hal-hal positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saat Orang Tua "Ikut Campur" Dengan Masa Depan Kita

19 Februari 2012   06:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:28 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu tahun yang lalu, bulan Februari ini saya sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional dan tes Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau nama kerennya SNMPTN. Saat itu rasa galau, bingung, cemas berbaur menjadi satu yang saya rasa hampir semua pelajar SMA tingkat akhir mengalaminya.

Seperti yang terjadi dengan adik kelas saya. Kemarin dia sibuk mengirimi saya SMS, meminta pendapat mengenai jurusan yang kelak akan ia pilih di tes SNMPTN tahun ini. Dengan tidak merasa menggurui dan ‘sok tua’ saya memberi beberapa pilihan yang menurut pandangan saya cocok dengan dia. Berhubung adik kelas saya laki-laki maka saya kasih saja info tentang jurusan favorit kaum mereka. Jurusan teknik masih menduduki peringkat teratas yang diminati kaum adam. Dia juga berharap bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di kota semarang.

Dia juga bercerita jika akhir-akhir ini malas pulang ke rumah (adik kelas saya sekolah di luar kota, jadi ngekos) karena setiap pulang ke rumah pasti selalu ditanya mengenai pendidikannya kelak oleh ayah dan ibunya. Kedua orang tua dia memang sangat memperhatikan pendidikan putranya. Menurut curhatnya, kedua orang tuanya menginginkan dia untuk mendaftar di fakultas kedokteran, jurusan pendidikan dokter, padahal dia ingin masuk jurusan teknik.

Apa yang dialami adik kelas saya pastilah dialami juga olehs teman-teman yang saat ini duduk di kelas duabelas. Tapi nggak semua sih. Ada orang tua yang terlalu ikut campur dengan masa depan putra-putri mereka ada juga yang membebaskan pilihan kepada putra-putrinya. Ada anak yang menganggap bahwa sikap kedua orang tua yang seperti ini yang mereka suka. Ada pula yang tidak suka diatur-atur oleh kedua orang tua.

Mereka yang masih bingung mau menjadi apa kelak, rata-rata memilih untuk mengikuti saran orang tua. Tak jarang dari mereka yang menjadikan pekerjaan kedua orang tuanya sebagai ‘referensi’ untuk memilih jurusan. Yang bapak ibunya bekerja menjadi dokter, si anak pun memiliki cita-cita yang sama untuk menjadi seorang dokter. Yang ayahnya polisi, tentara, guru, dosen, juga sama.

Biasanya nih para ortu-ortu tercinta punya alasan buat mempengaruhi anak-anak mereka agar memilih jurusan yang para ortu pilih, seperti :

1.   Membahagiakan orang tua

Ini memang alasan yang klasik banget. Masuk jurusan sesuai keinginan ayah atau ibu padahal kita sendiri kurang cocok dengan jurusan tersebut. Yang namanya terpaksa pastilah membawa dampak yang buruk. Ada juga yang memiliki pemikiran nanti kalau sudah dijalani pasti suka. Ya kalau suka, kalau nggak? Jaman sekarang masuk perguruan tinggi negeri aja mahal. Buang-buang uang kan kalau ternyata nantinya kita kuliah dengan terpaksa.

2.   Finansial dari Orang tua

“Toh, nanti juga yang membiayai kan kedua orang tua,” ucap ibu satu tahun yang lalu. Bener banget sih, mana mungkin kita punya uang jutaan rupiah untuk membayar biaya pendidikan yang mahalnya pake banget. Tak ada yang salah dengan alasan ini.

3.   Orang tua lebih berpengalaman

“Jangan banyak membantah, ibu lebih tahu dari kamu! Kalau kamu masuk jurusan ini kamu bakal bla bla bla..gajimu..bla bla bla…,” jadi ingat pembicaraan dengan ibu satu tahu yang lalu. Ibu dengan anugerah ‘pintar orasinya’ akhirnya berhasil men-skak-mat saya yang masih saja ngotot untuk kuliah di jurusan sastra.

4.   Cita-cita Orang Tua yang Tertunda

Ada juga orang tua yang dulu punya ambisi masuk di sebuah perguruan tinggi yang terkenal tapi nggak kesampaian. Akhirnya member mandat kepada si anak untuk merealisasikan mimpi orang tua mereka. Demi mimpi ayah, begitu katanya.

5.   “Kamu kan anak cewek,”

Alasan ini yang jadi andalannya para ibu. Gender menjadi perbandingan yang sangat penting. Tidak cuma jurusan apa yang akan kita ambil tapi juga lokasi kita akan kuliah kelak. Oleh karena kita cewek kita nggak boleh ngambil jurusan macam-macam. Harus ingat kelak kita akan punya suami, punya anak. Nanti kalau kerjanya dari pagi sampai malam, anaknya siapa yang urus? Neneknya? Hadoooh…ini yang membuat jurusan tertentu banyak dijejali kaum hawa (Akuntansi, Manajemen, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Keperawatan, Pendidikan guru, dan tentu saja akademi kebidanan).

Terlepas dari alasan para orang tua. Kita sebagai anak memang tidak bisa membantah. Tetapi jika orang tua masih bisa diajak berdiskusi, kita masih bisa membicarakannya dengan baik-baik kok. Kumpulkan semua informasi tentang jurusan yang kita minati. Buatlah presentasi di depan ayah dan ibu tercinta. Misalkan jika kita akan mengambil jurusan teknik industri, jabarkan semua info tentang teknik industry. Pekerjaan apa saja yang kelak membutuhkan sarjana teknik industry. Persaingan lulusan teknik industry di dunia kerja itu seperti apa,beasiswa yang bisa diraih saat kuliah de el el ( yang jelas presentasi yang bagus-bagus saja hehe). Karena kebanyakan kedua orang tua kurang memiliki wawasan lebih mengenai jurusan-jurusan yang masih asing di telinga mereka.

Jika kita bisa, maka tak ada salahnya mengikuti saran dari kedua orang tua, namun pengalaman dari teman-teman angkatan saya banyak yang tidak cocok dengan jurusan mereka saat ini hingga ogah-ogahan kuliah. Ujung-ujungnya ya IPK jeblok dan akhirnya memilih untuk mencoba mengikuti tes SNMPTN lagi tahun ini. Bersaing dengan anak-anak SMA unyu-unyu yang freshgraduated dan memiliki semangat membara untuk menaklukan SNMPTN. Harus banyak siap mental, pikiran, dan juga uang :D

Memilih dengan benar, kuliah dengan lancar

13296315071997379486
13296315071997379486

Salam kompasianer :)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun