Strategi bisnis pariwisata saat high season
Sobat Growin, Setiap akhir tahun, banyak wisatawan mengeluhkan harga liburan yang terasa melambung. Mulai dari tiket transportasi, biaya hotel, hingga paket wisata, semuanya serba naik. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari strategi bisnis pariwisata yang memanfaatkan momentum high season.
Pola Permintaan/Demand yang Melonjak
Dalam teori ekonomi sederhana, kenaikan harga saat musim liburan dipicu oleh hukum permintaan. Menjelang Natal dan Tahun Baru, hampir semua orang memiliki agenda berlibur. Karyawan mendapat jatah cuti, anak sekolah libur panjang, dan keluarga mencari momen berkumpul. Akibatnya, permintaan kamar hotel, tiket pesawat, hingga wahana wisata naik tajam.
Saat permintaan meningkat sementara ketersediaan terbatas, harga otomatis menyesuaikan. Hotel misalnya, memiliki jumlah kamar yang tidak bisa ditambah secara instan. Maka, strategi yang wajar adalah menaikkan harga untuk mengatur kapasitas sekaligus memaksimalkan pendapatan.
Strategi Revenue Management Hotel
Dalam dunia perhotelan, ada istilah revenue management. Artinya, hotel mengatur harga kamar secara dinamis berdasarkan permintaan. Pada musim sepi, tarif dibuat lebih rendah untuk menarik tamu. Sebaliknya, saat musim puncak, tarif bisa naik hingga dua atau tiga kali lipat.
Bukan sekadar menaikkan harga, strategi ini juga mencakup pengelolaan fasilitas. Beberapa hotel biasanya menambahkan paket khusus, seperti gala dinner tahun baru, hiburan live music, atau bonus aktivitas keluarga. Dengan begitu, kenaikan harga dianggap sebanding dengan pengalaman yang ditawarkan.
Peran Transportasi dan Destinasi
Kenaikan harga liburan akhir tahun tidak hanya terjadi di hotel. Transportasi, baik udara maupun darat, juga mengalami lonjakan tarif. Fenomena ini kembali pada prinsip kapasitas dan permintaan. Maskapai memiliki kursi terbatas, sementara permintaan melonjak drastis.