Mohon tunggu...
Desny Zacharias Rahardjo
Desny Zacharias Rahardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Co-Founder of Membangun Positivity

Orang biasa yang suka membaca, menulis, dan makan bubur yang tidak diaduk.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terungkap! Kesalahpahaman tentang Kebahagiaan

13 Desember 2020   08:35 Diperbarui: 13 Desember 2020   08:38 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam survei di tahun 2018 oleh BetterUp Labs, sembilan dari 10 orang mengatakan bahwa mereka bersedia menukar 23% dari penghasilan masa depan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih bermakna. Toh, pada kenyataannya berat untuk melakukannya, karena berbagai macam pertimbangan, diantaranya tidak mau melepaskan gaji yang besar. Akhirnya, tetap tinggal dalam pekerjaan yang tidak disukai itu, walaupun tidak bahagia.

Gaji yang Tinggi

Berikut ini jenis kesalahpahaman lainnya. Katakanlah Anda mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Apakah gaji yang tinggi ini cukup untuk membuat kita bahagia? Seberapa tinggi gaji untuk bisa dikatakan cukup?

Anda mungkin berpikir hidup Anda akan lebih baik jika Anda hanya memiliki gaji yang lebih besar - tetapi sains menemukan bahwa itu belum tentu benar.

Sonja Lyubomirsky dalam bukunya The How of Happiness menunjukkan data tentang seberapa besar gaji tahunan yang diinginkan orang berdasarkan gaji yang mereka miliki sekarang:
*Saat ini menghasilkan $ 30.000. Ingin $ 50.000
*Saat ini menghasilkan $ 100.000. Ingin $ 250.000

Terlihat khan, you want more everytime you get more. Apa yang kita pikir kita butuhkan sebenarnya melonjak setiap kali kita mendapatkan lebih banyak. Lalu, kapan bahagianya? Betul kata Sonja Lyubomirsky, pendapatan tinggi membeli kepuasan hidup tetapi bukan kebahagiaan.

Uang

Kemudian soal uang. Semua orang mengira bahwa jika Anda punya banyak uang, Anda akan bahagia. Tapi apakah itu benar?

Para ilmuwan telah mempelajari hubungan antara uang dan kebahagiaan selama beberapa dekade dan kesimpulan mereka jelas: Uang memang dapat membeli kebahagiaan, tetapi tidak sebanyak yang dipikirkan kebanyakan orang (Aknin, Norton, & Dunn, 2009; Diener & Biswas-Diener, 2002; Frey & Stutzer, 2000)

Kebahagiaan memang naik seiring kenaikan gaji, tetapi kenaikan itu berhenti pada suatu titik, sekitar $ 75.000/tahun (Daniel Kahneman & Angus Deaton - Princeton University, 2010). Itu berarti setelah titik itu, bahkan jika Anda melipatgandakannya, itu tidak akan meningkatkan kebahagiaan Anda. Life Satisfaction iya, tapi tidak Well-Being dan Kebahagiaan.

Jika uang tidak membuat anda bahagia maka anda mungkin tidak memanfaatkannya dengan benar, kata Elizabeth W. Dunn dari Universitas British Columbia, Daniel T. Gilbert dari Universitas Harvard, Timothy D. Wilson dari Universitas Virginia.

Bagaimana bisa? Uang memungkinkan orang melakukan apa yang mereka suka, jadi bukankah seharusnya mereka senang saat membelanjakannya? Logikanya, orang dengan lebih banyak uang tidak hanya memiliki hal-hal yang lebih baik, mereka mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang lebih baik, akses kepada perawatan medis yang lebih baik, lebih banyak waktu luang, dan lebih banyak lagi bahan baku dalam resep untuk hidup bahagia. Namun, kenyataannya mereka tidak jauh lebih bahagia daripada mereka yang memiliki lebih sedikit. Berarti ada yang salah khan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun