Mohon tunggu...
Desi Wahyu Susilowati
Desi Wahyu Susilowati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Marilah tumbuh dan berproses bersama

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sebuah Perenungan di Awal Tahun

10 Januari 2021   14:44 Diperbarui: 10 Januari 2021   14:59 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Renungan dan Harapan di Penghujung Tahun (Sumber : Dokumen Pribadi)

Beberapa hari yang lalu kita telah melewati tahun 2020. Tahun dengan angka kembar ini memberikan banyak hal bermakna dalam hidup. Tahun yang membuat kita belajar tentang arti penerimaan yang sesungguhnya. Sebuah peristiwa yang tidak seorangpun bisa menolak ataupun melawannya.

Sejak awal tahun 2020 kita dihadapkan pada sebuah peristiwa pandemic yang disebabkan oleh virus Covid-19. Tahun 2020 menuntut kita untuk beradaptasi dengan banyak hal. Mulai dari fasilitas umum yang ditutup, sekolah dan kantor berubah akses menjadi online, hingga jaga jarak sebagai bentuk kasih sayang kita kepada orang di sekeliling kita.

Banyak mimpi dan harapan yang tidak terwujud di tahun 2020. Segala hal yang telah direncanakan dengan apik, mendadak berubah drastis hingga kita bingung untuk menyikapinya. Kejadian demi kejadian tidak jarang membuat kita menjadi stres hingga putus asa. Feng dkk (2020) menemukan bahwa Covid 19 telah menyebabkan stres bagi banyak orang.

Realita yang tidak sesuai rencana terkadang membuat kita menjadi pesimis. Kita mungkin marah pada keadaan, bahkan mungkin marah pada diri sendiri. Jangankan membuat target baru, untuk kembali fokus pada kondisi saat ini saja butuh usaha lebih. Kita mungkin justru fokus pada kekurangan di tahun 2020. Kita menyalahkan banyak hal hingga kita lupa untuk melihat kondisi kita saat ini.

Alih-alih untuk kembali bangkit, kita justru bermuram durja dengan kondisi yang ada. Kita seolah lupa bahwa apa yang tidak tercapai di tahun 2020 bukanlah sebuah kegagalan. Kita lupa bahwa target-target kita sebenarnya sedang tertunda. Dunia kita masih tetap berjalan meskipun 2020 berakhir tidak sesuai rencana.

Memaafkan keadaan dan diri sendiri merupakan salah satu usaha menolong diri sendiri. Kita perlu berwelas asih pada diri sendiri, menerima apa yang sedang terjadi pada diri kita. Ini saat yang tepat untuk kita mengatakan "Maaf" pada diri sendiri karena kita terlalu keras padanya. Kita juga perlu mengucapkan kata "Terima kasih" atas usaha dan perjuangan yang telah dilakukan diri kita selama di tahun 2020. Selain itu, Kita tidak lupa mengucapkan "Cinta" pada diri sendiri bagaimanapun kondisi kita saat ini.

Seperti judul film "It's OK to Not be OK". Kata-kata tersebut terkesan sederhana, namun bermakna bagi kondisi saat ini. Kita seolah membiarkan segala sesuatu berjalan dengan alami. Tindakan ini jauh lebih baik untuk kita daripada menyesali, mengumpat, atau bahkan marah. Kita memanfaatkan waktu yang ada dengan lebih positif dan maksimal bagi diri sendiri, misalnya: meditasi atau me time.

Dalai Lama pernah berkata " Kita tidak akan pernah bahagia sebelum kita berdamai dengan diri sendiri". Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Wohl dan McLaughlin (2014) dalam jurnal penemuannya. 

Mereka menemukan bahwa memaafkan diri sendiri dapat meningkatkan kondisi psikologis dan kesejahteraan hidup. Dikondisi pandemik saat ini, kita tidak bisa memungkiri aspek psikologis juga turut berperan penting dalam menjaga kesehatan diri. Kita perlu untuk berpikir positif ditengah carut-marutnya kondisi saat ini agar jiwa ini tetap waras dan sehat.

Di awal tahun 2021 saat ini sudah saatnya untuk kita kembali bangkit. Kita perlu membuat target atau harapan yang lebih flexible. Target atau harapan yang belum tercapai di tahun kemarin bisa kembali kita tulis ke dalam bucket list hidup kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun