Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Jangan Buru-buru Baper, Ini 3 Cara Menyikapi Jebakan "Breadcrumbing"

21 Februari 2021   19:12 Diperbarui: 21 Februari 2021   20:57 2749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Breadcrumbing (Sumber : www.eharmony.ca)

Hadirnya breadcrumbing di era digital seperti sekarang ini, mampu membuat para objek sasarannya menaruh hati, hingga terhanyut pada perasaan cinta yang dimulai dari sebuah rayuan. Benarkah demikian?

Bread, satu kata yang mengingatkan kita pada salah satu kosakata dari bahasa inggris yang berhubungan dengan roti. Tentu saja ini roti, setiap roti yang disajikan selalu memiliki aneka ragam rasa.

Tinggal kita pilih saja mau roti dengan toping apa, ada yang coklat, keju atau strawberry. Ditambah lagi dengan aneka rasa, bisa manis ataupun asin. Tergantung dari selera kita masing-masing, alias bisa dipilih.

Namun ternyata, selain bread yang sangat bermanfaat untuk mengisi volume di dalam perut, ada juga bread yang mampu menguras pikiran, serta perasaan seseorang yang sedang dilanda badai percintaan dan ini dikenal dengan istilah breadcrumbing.

Mungkin sebagian besar dari kalian akan bertanya-tanya dengan kata breadcrumbing ini, kenapa kata breadcrumbing bisa ikut serta di dalam dunia percintaan, khususnya di era digital seperti sekarang ini? 

Mari kita bahas secara bersama-sama, kenapa bisa breadcrumbing ikut serta terjun dan berhasil eksis di dunia percintaan. 

Selain dari istilah ghosting dan zombieing yang lebih dulu eksis menghiasi dunia percintaan. Di mana semuanya lebih menjurus kepada dunia percintaan di era digital seperti sekarang ini. Maka hadirlah istilah-istilah sedemikian rupa.

Dilansir dari truthfinder.com bahwa breadcrumbing menurut Urban Dictionary mengacu pada tindakan mengirimkan sebuah pesan teks yang menggoda, tetapi tidak akan berkomitmen kepada lawan jenisnya, untuk memikat tanpa harus mengeluarkan banyak upaya.

Sumber : Tangkapan layar dari channel YouTube AskMen
Sumber : Tangkapan layar dari channel YouTube AskMen

Kita ambil ilustrasi secara sederhana tentang breadcrumbing di dunia percintaan pada era digital seperti sekarang ini.

Dimas dan Shinta pada awalnya berkenalan melalui media sosial, hingga akhirnya keduanya menjalin pertemanan di dunia maya.

Semua ini dimulai ketika Dimas dengan percaya dirinya selalu memberikan komentar ataupun tanda like di setiap postingan yang dikirimkan oleh Shinta di media sosial miliknya.

Tanpa basa-basi lagi, Dimas selalu mengirimkan komentar dengan berbagai macam kalimat gombalan. Bisa dikatakan Dimas sedang melaksanakan jurus modus andalannya.

Tidak tanggung-tanggung, ketika mendapatkan respon yang baik dari Shinta, Dimas semakin gencar melaksanakan aksinya dan berpindah haluan dari fitur komentar ke fitur direct message yang tersedia di media sosial, di mana pesan yang dikirimkannya kali ini tidak lagi secara publik, tetapi sudah lebih ke pesan pribadi.

Sehingga pesan tersebut hanya diketahui oleh dirinya dan Shinta saja. Hingga akhirnya, Shinta mulai menaruh hati kepada Dimas.

Dimas pun terus menerus mengirimkan pesan kepada Shinta, seakan-akan dirinya sedang meluncurkan teknik PDKT (pendekatan).

Padahal faktanya dirinya hanya menjalankan modus agar menarik perhatian Shinta semata, dengan menggoda tanpa adanya komitmen dan tidak lebih dari itu. Namun dirinya ingin tetap intens berkomunikasi dengan Shinta sepanjang harinya.

Ibaratnya, komunikasi yang dilakukan oleh Dimas kepada Shinta tidak pernah ada kemajuan untuk lebih serius pada hubungan yang diakui (konteks-berpacaran).

Dari ilustrasi di atas, kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa breadcrumbing atau rempah roti ini hanya sebatas percikan perhatian semata di dunia percintaan era digital. Itu hanya sekadar gombalan dan rayuan maut yang diluncurkan oleh para pelakunya.

Logikanya begini, bread adalah roti yang utuh dan membuat kenyang para penikmatnya. Sedangkan breadcrumbing adalah rempah roti, hanya sekadar rempah dan ini tidaklah utuh, hanya sedar percikan roti yang jatuh. 

Apakah ini akan membuat penikmatnya menjadi lebih kenyang setelah mengkonsumsinya? Tentu saja tidak.

Hal ini sama saja dengan ilustrasi di atas, di mana Shinta hanya sekadar mendapatkan percikan rayuan, gombalan, serta perhatian modus semata dari Dimas. 

Dirinya tidak mendapatkan bread secara utuh, alias menjadi sepasang kekasih (konteks-berpacaran) dengan Dimas. Apakah hal ini akan baik bila terus menerus dilakukan? Tentu saja tidak.

Maka dari itu, sebelum terjebak pada breadcrumbing yang dilakukan oleh para pelakunya, kita harus berpikir pintar seperti halnya berpikir dalam jangka panjang, seperti halnya:

Pertama, seberapa dekat kita dengan objek yang bersangkutan
Sebelum terjebak pada breadcrumbing yang dilancarkan oleh para pelakunya di dunia maya, kita harus berpikir cerdas sebelum masuk ke dalam perangkap para pelaku breadcrumbing.

Kita bisa mengamatinya secara mandiri tanpa harus repot-repot mencari seorang mata-mata untuk mengamati orang yang kita curigai sebagai pelaku breadcrumbing tersebut.

Apabila kita pertama kali berkenalan dengannya hanya sekadar lewat di dunia maya dan tanpa pernah bertemu di dunia nyata, ada baiknya berikanlah tembok pembatas antara "dirimu dengan dirinya".

Tidak perlu bermusuhan hingga akhirnya membencinya. Cukup berperilaku sewajarnya saja, merespon pesan yang dikirimkannya itu bukanlah sebuah masalah.   

Responlah tanpa pernah membawa perasaan dan jangan mudah termakan rayuan gombal yang hanya sekadar bermodalkan kuota semata.

Kedua, hanya sekadar membuang waktu
Melakukan suatu kegiatan di muka bumi ini tanpa adanya suatu hasil bagaikan melakukan kegiatan yang tiada berguna dan itu hanya sekadar membuang waktu semata. Apakah akan bermanfaat? Tentu saja tidak.

Sama halnya dengan breadcrumbing ini, apabila dirinya hanya sekadar hadir untuk menggombal, lebih baik tinggalkanlah secara perlahan. Agar tidak membuang waktu hanya sekadar untuk merespon pesan darinya.

Bisa saja, dirinya hadir hanya karena sedang merasa bosan dan ingin dihibur oleh seseorang yang menjadi objek sasarannya tersebut.

Don't waste your time. Apabila tidak ada kejelasan di dalam hubungan tersebut lebih baik tinggalkan dan lupakan. 

Untuk apa repot-repot membalas pesannya kalau nyatanya dirinya hanya hadir untuk sekadar bermain-main semata. Merugikan? Tentu saja. Membuang waktu? Terlihat sangat jelas, karena hidup akan terus berjalan.

Ketiga, jangan mau dikendalikan
Selanjutnya adalah jangan mau dikendalikan, dalam artian kita tidak perlu memiliki perasaan "nggak enakkan" (merasa bersalah bila tidak membalas pesan dari orang tersebut).

Begini, bila kita pada awalnya hanya sekadar berkenalan di dunia maya tanpa pernah bertemu di dunia nyata, sebaiknya kita harus pintar-pintar membatasi diri ketika berkomunikasi dengan orang tersebut, agar kita tidak terjebak pada cinta yang tidaklah nyata.

Tidak masalah berkomunikasi dengannya, namun dalam batas kewajaran. Bila faktanya dirinya hanya sekadar mengirimkan pesan gombalan maut tanpa adanya sebuah kejelasan, alias hanya sekadar modus, karena itu tiadalah berguna.

Apabila kalian telah merasakan hal tersebut tidaklah baik bila diteruskan, maka secepat mungkin hentikanlah. Kebahagiaan terletak pada dirimu sendiri bukan orang lain. So, think smart!

Note: apabila ada kesamaan nama pada ilustrasi di atas, itu hanyalah sebuah kebetulan semata dan ilustrasi di atas hanya dipergunakan untuk memfokuskan pada satu kasus saja. 

Demikianlah pembahasan saya pada hari ini. Saya mohon maaf apabila ada salah kata di dalam setiap penulisan artikel ini.

Semoga informasi ini bisa bermanfaat

Baca juga: Waspadai "Zombieing", Lebih Menyeramkan daripada Jurus "Ghosting"

 Thanks for reading

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun