Kedua, selalu berusaha berkomunikasi dengan objek sasarannya
Di dunia digital seperti sekarang ini sangat mudah melakukan komunikasi melalui dunia maya. Dengan mengetahui nama pengguna ataupun ID dari jejaring sosial yang bersangkutan kita dengan mudahnya melacak namanya melalui fitur pencarian.
Selanjutnya, setelah menemukan akun yang bersangkutan, kita juga bisa berkomunikasi dengannya melalui fitur direct message, misalnya. Biasanya, jejaring sosial selalu menyediakan fitur ini.
Hal seperti ini tentunya sangat menguntungkan bagi para pelaku erotomania, dirinya akan dengan mudah melancarkan aksinya.
Dirinya akan dengan mudah mengirimkan pesan kepada orang yang dikaguminya tersebut. Seakan-akan sedang mencari sang kekasih yang tidak pernah kembali ataupun tidak pernah mengabarinya.
Bila komunikasi yang dilakukan telah sampai pada tahapan berlebihan, bisa menyebabkan terjadinya teror, spam ataupun ancaman melalui pesan yang dikirimkannya melalui direct message tersebut.
Ketiga, sangat terobsesi untuk menemui objek sasarannya
Tindakan selanjutnya adalah sangat terobsesi untuk bisa bertemu dengan objek sasarannya. Kita tetap mengambil ilustrasi di atas tentang mengidolakan seorang penyanyi.
Para pelaku erotomania akan melakukan berbagai macam cara agar bisa bertemu secara langsung dengan objek yang ditujunya. Tidak hanya sekedar menonton konser yang diselenggarakan oleh sang idola saja.
Pelaku erotomania akan melakukan tindakan lebih dari itu, misalnya, mulai mencari tahu jam terbang dari sang idola agar bisa menyaksikannya di bandara, hingga mencari tahu informasi dimana lokasi penginapannya agar bisa terus memantaunya. Terlihat secara jelas bila perilaku ini sudah mencapai level fanatik tingkat dewa, sepertinya.
Keempat, menjelma menjadi penguntitan terhadap objek sasarannya