Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hindari Dampak "Cyberbullying", Ini Etika yang Perlu Diterapkan Saat Berselancar di Medsos

18 Januari 2021   19:05 Diperbarui: 22 Januari 2021   16:03 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cyberbullying (Sumber : www.bark.us)

Cyberbullying, hanya akan menjatuhkan perasaan serta mental para objek yang menjadi tujuannya dan tidak ada manfaat baik yang bisa diperoleh dari tindakan seperti ini

Perkembangan suatu teknologi informasi di setiap zaman tentu membawakan suatu kemajuan. Perubahan pola hidup akan terjadi di saat zaman telah berkembang.

Peralihan generasi yang terjadi secara tidak langsung juga menunjukkan suatu perubahan. Lihat saja bagaimana proses majunya zaman mulai dari peralihan generasi tradisionalis ke generasi baby boomers, ke generasi x, ke generasi milenial, ke generasi z, hingga sekarang telah sampai di generasi alpha.

Di setiap generasi yang telah dilalui, tentunya terdapat berbagai macam kemajuan yang diciptakan. Salah satunya semakin berkembang pesatnya media sosial.

Coba saja perhatikan betapa eksisnya media sosial hadir di antara kehidupan para penikmatnya dan ini sudah bagaikan candu. 

Namun sadarkah kita, media sosial yang sangat dominan kita gunakan sehari-hari ini bisa menimbulkan dua dampak. Bisa berdampak positif dan juga bisa berdampak negatif. Tergantung dari diri kita sendiri bagaimana menggunakan media sosial ini.

Dampak positif dari penggunaan media sosial ini bisa kita gunakan untuk mencari informasi, ataupun berita terupdate dari berbagai macam akun yang dikhususkan untuk menyajikan informasi.

Selain itu, kita bisa juga memanfaatkan media sosial sebagai tempat promosi, karena memiliki jangkauan yang lebih luas. Misalnya, mempromosikan bisnis yang kita jalani, hingga hasil karya yang kita hasilkan.

Dampak positif penggunaan media sosial ini akan mampu menghasilkan suatu keuntungan bagi para penggunanya. Sedangkan bila dilihat dari dampak negatif, tentunya tidak akan menghasilkan manfaat apa-apa.

Pertanyaannya ialah bagaimana bisa media sosial yang hanya digunakan dengan cara scroll ke atas dan scroll ke bawah layar suatu gawai, mampu menghasilkan suatu dampak yang tidak baik (negatif)?

Tentu saja hal ini bisa terjadi, karena media sosial yang dimiliki tersebut digunakan untuk hal yang tidak baik pula. Penyebab utamanya karena jari jemari tangan kita sendirilah.

Di dunia maya, jari jemari yang kita gunakan telah mewakili apa yang akan kita katakan. Seperti halnya di dunia nyata, mulutlah yang telah mewakili apa yang ingin kita sampaikan.

Hanya satu pembedanya, di dunia maya perkataan itu hadir melalui rangkaian tulisan. Sedangkan di dunia nyata, perkataan itu hadir melalui sebuah suara.

Untuk mempermudah mengamati dampak negatif dari penggunaan media sosial ini mari kita ambil permisalan sederhana, seperti:

1. Melalui fitur komentar
Salah satu fitur media sosial yang bisa melihat percakapan orang lain secara publik ialah fitur komentar. Sebagian besar media sosial selalu menyediakan fitur ini sebagai pelengkap di antara postingan para pemiliknya.

Ketika ada seorang content creator memposting (gambar ataupun video) di akun media sosial miliknya. Tidak jarang, komentar dari berbagai insan di belahan bumi ini hadir menghiasi postingan dari sang kreator. 

Namun siapa sangka, dampak negatif dari penggunaan media sosial ini bisa hadir melalui fitur komentar. Dengan cara menuliskan kata-kata yang mampu menghina, menyakitkan, hingga akhirnya menjatuhkan perasaan orang lain.

Tujuannya tidak lain dan tidak bukan karena dirinya tidak senang melihat apa yang  dilakukan oleh pemilik akun tersebut.

Hal inilah yang menyebabkan dirinya bebas merangkai kata-kata yang kurang baik (kasar) tanpa memperdulikan perasaan orang lain, apakah orang tersebut akan tersinggung atau tidak.

Secara tidak langsung, pelakunya telah meracuni orang lain bahwa pemilik akun tersebut tidaklah baik, karena fitur komentar merupakan fitur yang bisa dilihat secara publik. Siapapun bisa melihatnya bila terhubung dengan akun tersebut.

2. Melalui akun fake
Media sosial yang hadir di tengah masyarakat dunia memang memiliki jangkauan yang lebih luas. Siapapun bisa mendaftar dan menggunakan media sosial ini, bermodalkan alamat email saja kita bisa dengan mudahnya berselancar di dunia maya, apabila telah terhubung.

Hal seperti inilah yang sering disalahgunakan oleh pelaku untuk meneror objek yang menjadi tujuannya, dengan cara menggunakan akun palsu yang mengatasnamakan orang lain. 

Tujuannya tetap sama seperti pada kasus pertama, yaitu ingin menjatuhkan pemilik akun tersebut. Tidak jarang, kata-kata yang tidak baik di rangkaianya dan dikirim melalui fitur direct message.

Bisa dalam bentuk ancaman dan sebagainya. Biasanya, akan ada spam di dalam teror melalui direct message tersebut.

3. Melalui fitur posting
Tindakan selanjutnya adalah dengan memanfaatkan fitur posting yang tersedia di sosial media.

Biasanya para pelaku akan memposting ataupun menyebarkan foto yang dapat menjatuhkan, hingga mempermalukan seseorang yang menjadi tujuannya di media sosial. 

Sebagian besar pelaku yang telah melakukan tindakan seperti ini selalu merasa puas atas tindakannya. Entahlah, apa yang telah merasuki diri para pelaku hingga sampai bahagia saat melihat orang lain menderita. 

Tindakan seperti pada kasus di atas dikenal dengan cyberbullying. Itu baru sebagian kecil dari sekian banyak kasus cyberbullying yang bisa dilakukan melalui media sosial. 

Dilansir dari dslalawfirm.com, bila dilihat dari sudut pandang ilmu psikologi, penindasan dunia maya termasuk bagian dari aksi bullying. 

Sedangkan bila ditinjau dari sudut pandangan ilmu hukum, cyberbullying merupakan kejahatan yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk fitnah, cemooh, kata-kata kasar, pelecehan, ancaman dan hinaan.

Bentuk kejahatan ini bermula dari perilaku merendahkan martabat dan mengintimidasi orang lain melalui dunia maya.

Cyberbullying, bisa dilakukan tanpa menyentuh seseorang yang menjadi objek sasarannya. Jelas saja, karena tindakan ini dilakukan melalui dunia maya, di mana teknologi lah yang bekerja. 

Selain itu, cyberbullying memang tidak melibatkan kekerasaan fisik, namun bisa menyebabkan terjadinya pergolakan batin.

Hingga akhirnya, menimbulkan beberapa dampak yang dirasakan oleh seseorang yang menjadi sasaran cyberbullying.

Seperti menyebabkan kesehatan mental menjadi terganggu, yang diikuti dengan kesehatan fisik yang bisa menurun, selalu merasa dikucilkan oleh lingkungan sekitar, hingga akhirnya mengalami depresi.

Sudah terlihat secara jelas bahwa cyberbullying mampu menjatuhkan mental para korbannya. 

Selain itu, jangkauan pertemanan kita melalui dunia maya memang bisa dikatakan lebih luas. Maka dari itu tetap harus diterapkan etika saat menggunakan media sosial ini. Tidak hanya di dunia nyata saja etika dan tata krama diterapkan, di dunia maya pun demikian.

Jangan selalu mementingkan ego dengan dalih "ini kan akun media sosial milikku, jadi suka-suka aku dong mau gimana cara menggunakannya". Tidak seperti ini juga konsepnya. 

Ada beberapa etika yang bisa kita terapkan saat sedang berselancar di dunia maya, seperti:

Pertama, berpikir terlebih dahulu sebelum berkomentar
Jangkauan dunia maya itu lebih luas. Ada baiknya sebelum ingin berkomentar pada akun media sosial milik orang lain, kita menyaring terlebih dahulu perkataan yang ingin kita sampaikan.

Apakah perkataan tersebut akan menyinggung perasaan orang lain atau tidak. Jangan suka melakukan tindakan semena-mena dan berhentilah menjadi "netizen yang selalu merasa benar dengan segala komentar".

Apabila ingin mengkritik orang lain, sampaikanlah dengan baik. Lebih baik disampaikan melalui direct message, misalnya. Karena melalui fitur ini "hanya dirimu dan dirinya saja yang akan mengetahui pesan tersebut". 

Penyampaiannya pun tetap harus dilakukan dengan baik. Semua ada etikanya, tidak bisa kita lakukan dengan sesuka hati.

Setiap manusia yang ada dimuka bumi ini tentunya memiliki perasaan. Maka dari itu berhati-hatilah saat ingin berkomentar, agar tetap terjalin relasi yang baik melalui pertemanan dunia maya ini, bukan.

Apabila tidak bisa berkata dengan baik, maka diamlah, dari pada mengajak jari jermari tanganmu mengeluarkan kata-kata bagaikan duri yang tajam.

Kedua, perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan
Selanjutnya adalah tanamakan di dalam diri untuk memperlakukan orang lain dengan sebaik mungkin agar kita juga diperlakukan dengan baik.

Apabila kita memperlakukan orang lain secara baik, tentunya orang tersebut akan memperlakukan kita secara baik pula. Demikian pula sebaliknya. Itulah yang namanya timbal balik di dalam kehidupan.

Kita tetap bisa ikut berselancar dan berkomentar secara publik dengan tetap memperhatikan aturan mainnya. Lebih baik saling support ke arah yang positif, dari pada berniat untuk menjatuhkan. 

Penerima komentar tersebut tentunya akan sangat merasa senang karena mendapatkan support yang baik dari rekan-rekannya yang berada di dunia maya.

Secara tidak langsung, kita telah membantunya untuk terus bersemangat dalam menghasilkan karyanya melalui dunia maya.

Ketiga, selalu tanamkan di dalam diri kalau cyberbullying tiadalah berguna
Selanjutnya adalah selalu tanamkan prinsip bahwa tindakan cyberbullying terhadap orang lain itu tidaklah berguna.

Apa yang bisa kita peroleh dengan melakukan tindakan cyberbullying? Jawabannya tentu saja tidak ada, yang ada hanya akan membuat perasaan orang lain tersakiti.

Selain itu, jangan menjadi orang yang suka mengikuti tindakan orang lain. Biasanya, para pelaku cyberbullying akan melakukan aksinya secara publik, agar bisa disaksikan oleh masyarakat luas, dengan tujuan menjatuhkan pemilik akun tersebut.

Apabila kita melihat tindakan ini saat sedang berselancar di dunia maya, sebaiknya kita tidak terseret masuk dalam lingkaran "ikut-ikutan membully orang lain". Terlebih lagi kita sendiri tidak paham dengan permasalahan yang ada. 

Jadilah para penghuni dunia maya yang lebih cerdas. Selalu tanamkan lah di dalam diri akan pendirian yang kuat.

Perlu diingat, kita hidup di dunia ini selalu diawasi dengan namanya CCTV pemantau dunia, dalam artian, apa yang kita lakukan selalu dipantau oleh Sang Maha Pencipta dan tentunya tidak akan pernah luput dari pengawasannya. 

Saat kita merasa tidak ada yang tahu apa yang telah kita lakukan terhadap orang lain (menggunakan akun palsu untuk melakukan tindakan cyberbullying, misalnya). Namun Sang Maha Pencipta, akan selalu mengetahui tindakan seluruh hambanya. 

Apa yang kita peroleh dari hasil melakukan tindakan cyberbullying terhadap orang lain? Kepuasan batin? Bahagia melihat orang lain menderita? 

Come on. Menjalani hidup jangan sedangkal itu. Kita diberikan oleh Sang Maha Pencipta kemampuan untuk berpikir. Sehingga kita sendiri bisa berpikir sebelum bertindak, apakah hal tersebut ada manfaatnya atau malah sebaliknya.

Nikmatilah hidupmu dengan sangat baik tanpa harus menjatuhkan orang lain, karena apa yang telah kita lakukan kelak akan dipertanggung jawabkan. 

Lebih baik memupuk pahala, dari pada menimbun dosa.

Thanks for reading

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun