Mohon tunggu...
Desi Wastuti
Desi Wastuti Mohon Tunggu... Seniman - IG : @mama_desi | FB : Desi Mamaci | YouTube : Diary Channel (DCT)

Menulis dan membaca untuk berinteraksi dengan dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waspada, New Normal Bisa Jadi Berbau Herd Immunity

12 Juni 2020   21:38 Diperbarui: 12 Juni 2020   21:38 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas di Pasar Rejowinangun-DPP Kota Magelang

Istilah New Normal dan Herd Immunity sedang menjadi tranding topic di dunia. New Normal (kenormalan baru) adalah sebutan yang digunakan oleh pemerintah kita sebagai adaptasi pada tatanan baru dalam beraktivitas sehari-hari di masa pandemi covid-19 agar masyarakat tetap produktif namun aman dari virus, dengan penerapan protokol kesehatan dan keselamatan. 

Tujuannya adalah supaya kekacauan atau keterpurukan di bidang perekonomian dan di bidang-bidang yang lain tidak berkepanjangan bahkan diharapkan bisa segera teratasi. Karena sudah jelas selama tiga bulan lebih, masyarakat banyak yang mengeluh kesulitan ekonomi, terutama masyarakat pada lapisan menengah ke bawah.

Dampak pandemi corona virus ini sangat terasa. Banyak orang benar-benar jadi merasa repot dengan sulitnya mencari nafkah, banyak karyawan yang dirumahkan (PHK), pedagang jadi sepi pembeli, tempat wisata jadi sepi pengunjung, penyedia jasa jadi berkurang peminatnya, dan sebagainya. Hal itu juga bisa meningkatkan angka kejahatan atau kriminalitas.

Pemerintah menerapkan sistem New Normal ini karena sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ternyata tidak efektif di lapangan. Bagaimana tidak, ketika PSBB diberlakukan misalnya saja di kota Magelang istilah lockdown banyak diabaikan. Kemungkinan karena kurangnya pemahaman masyarakat dan karena faktor ekonomi.

Keluhan masyarakat yang paling banyak adalah jika mereka hanya di rumah saja, tidak berjualan, tidak ngojek (ojek online), tidak bekerja seperti biasanya jadi nggak ada pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan yang mendapat bantuan dari pemerintah daerah masing-masing tidak merata, bahkan sampai menimbulkan kecemburuan sosial antar warga.

Kini siatem New Normal sudah mulai berjalan. Toko-toko sudah mulai dibuka, pasar- pasar sudah mulai aktif, pusat perbelanjaan, mall, hotel, dan beberapa tempat wisata sudah mulai beroperasi, masyarakat sudah tidak takut dengan kerumunan, sudah banyak yang mulai abai dengan si virus, sudah tidak takut lagi akan terjangkit, dan mungkin telah beranggapan bahwa virus corona sudah tidak lenyap dari negara +62 ini. kira-kira begitu obrolan yang sering saya dengar di kalangan ibu-ibu pembeli sayuran keliling.

Masyarakat banyak yang melupakan himbauan penerapan protokol kesehatan dan keselamatan yang seharusnya dilaksanakan. Sungguh itu menjadi tugas kita yang menyadari pentingnya upaya pencegahan tersebut untuk mengingatkan mereka, karena tanpa kita sadari New Normal ini bisa jadi merembet (menjalar / meluas) seperti upaya pada sistem Herd Immunity atau kekebalan kelompok terhadap suatu virus, dengan membiarkan mereka terinfeksi hingga kebal sendiri terhadap virus tersebut.

Herd Immunity ini bahasa awamnya bisa diartikan seperti "hidup dan mati seseorang tergantung orang itu sendiri ketika berada di area virus". Tafsiran dari New Normal adalah jika masyarakat semakin abai maka malah akan semakin banyak orang yang terjangkit virus. 

Sampai hari ini Indonesia menempati urutan ke 32 hampir sebanyak 36.000 jiwa orang yang terinfeksi. Urutan pertama adalah Amerika Serikat yang mencapai 2.000.000 orang lebih, disusul oleh Brasil sekitar 800.000 orang lebih.

Jika masyarakat dibiarkan abai, yang kemudian pada akhirnya sekitar 60-80 % dari masyarakat kita telah terjangkit bisa jadi terbentuk Herd Immunity itu sendiri, ini sungguh sangat berbahaya. 

Bakal banyak orang yang meninggal karena virus ini, karena hingga sekarang para ahli pun juga belum berhasil menemukan vaksin sebagai penawarnya.

Orang yang memiliki imunitas (kekebalan tubuh) yang tinggi, ia akan mampu bertahan hidup. Sedangkan yang kekebalan tubuhnya rendah, mereka rentan untuk terkena virus, terinfeksi akut, dan akhirnya bisa meninggal. Biasanya mereka yang imunitasnya rendah adalah para orang tua berusia diatas 50 tahun dan anak-anak balita (bawah lima tahun), tetapi bukan berarti yang muda dan sehat tidak akan bisa terjangkit.

Lalu, siapa lagi yang akan peduli dengan kelangsungan hidup kita, selain diri kita sendiri. Di masa New Normal ini, terapkanlah protokol kesehatan dan keselamatan dengan benar dan dengan sebaik-baiknya. Sayangi diri kita sendiri, keluarga kita, sanak saudara, dan teman-teman kita.

Bukan berarti harus mengurung diri karena ketakutan, tetapi sebaiknya jaga diri untuk kekuatan. Tetaplah beraktivitas, rajin cuci tangan memakai sabun, rajin menjaga kesehatan dan kebersihan, memakai masker jika di luar rumah, tetap jaga jarak, dan sebaiknya hindari kerumunan. Salam New Normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun