Mohon tunggu...
Desia Sasmito
Desia Sasmito Mohon Tunggu... Wiraswasta - A house wife is learning about life

A house wife is learning about life

Selanjutnya

Tutup

Segar

Ramadan di Kota vs di Desa

10 Mei 2019   19:32 Diperbarui: 10 Mei 2019   19:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekas bungkus minyak goreng/dokpri

Jumat pagi Ramadhan ini kami berencana mampir ke Taman Bengawan, ya ada sebuah play ground disana. Anak saya pertama suka sekali bermain disana. Playground yang dirindukan masyakat disini yang menyediakan ruang terbuka untuk bermain, bersantai dengan keluarga, berbincang, kuliner ala streetfood, jajanan SD dll. Memang baru sekitar 2 tahun terakhir ini ruang terbuka ini dibangun dan dibuka untuk umum, kalau di kota sudah makin banyak dan baik managemen nya. Di desa, pengawasan yang kurang, kesadaran masyarakat yang rendah akan sampah menjadi sorotan tersendiri.

Beberapa kali kami temui, bukan satu atau dua orang yang membuang sampah seenaknya walau didekatnya tersedia bak sampah. Kami ngelus dada berkali-kali, kadang saling pandang tanpa arti. Terlebih ketika kami harus melihat seseorang yang melempar plastik sampah ke Sungai, ya bantaran Sungai legendaris itu "Bengawan Solo....riwayatmu kini"

Lain desa lain kota, pembuangan sampah dikota well organized oleh pemerintahan lokal. Sampah tiap hari atau tiap durasi berapa hari diangkut oleh bak bak pengangkut sampah, dan seketika komplek atau perkampungan pemukiman penduduk bisa tetap jauh dari sampah, bersih dan bebas dari hama seperti tikus dan cicak, tapi buaya ngga ada lho ya.

Lain halnya didesa, sampah tidak dikelola oleh pemerintah daerah, mereka mengelola sampah rumah tangga mereka dengan mandiri. Tapi benarkah cara mereka membuang sampah? Tak ada edukasi untuk mereka yang tinggal didesa bagaimana cara membuang atau mengelola sampah dengan baik dan benar sehingga meminimalisir pencemaran lingkungan. Sepele memang, hanya membuang sampah, tetapi dampak durasinya yang terus menerus, salah satunya akan menimbulkan banjir.

Didesa, masing-masing rumah mengelola sampah mereka sendiri. Tapi tahu kah wahai pemerintah bahwa tidak semua rumah mempunyai lahan kosong untuk mengelola sampah mereka, mereka yang ingin bersih dari kata "sampah" dengan kendala lahan terbatas, dengan suka hati membuangnya di jembatan atau dipinggir Sungai. Pemerintah lokal kemungkinan tidak ada budget untuk mengurus sampah.

Seperti rumah kami yang tidak ada lahan kosong, kami angkut sendiri ke lahan kami yang kosong lainnya yang tidak jauh dari rumah utama kami. Dibakar, ditanam atau dimanfaatkan kembali yang bisa dimanfaatkan, seperti botol gelas bekas, plastik minyak goreng, plastik molto yang bisa dimanfaatkan untuk media tanam.

Botol bekas bisa dibuat pinggiran pot.

Plastik bungkus minyak goreng bisa ditanami bumbu dapur atau semai biji-bijian dari limbah dapur. Gampang sekali sebagai eksekutor terakhir meja makan, harus bersih-bersih, biji-biji dari buah bisa langsung ditaruh diwadah kertas atau plastik bekas seperti kotak makanan bekas kenduri atau kotak snack acara syukuran. Setelah itu tinggal dikeringkan dibawah sinar matahari pagi. Setelah kering baru disemai diatas pot barang bekas yang sudah diisi tanah organik.

Tanah organik ini bisa didapat dari timbunan sampah organik yang dikumpulkan pada satu tempat dan membusuk secara alami. Didapur, kami sediakan dua tempat sampah: biru sampah kering (kertas, plastik), hijau sampah basah (kulit buah, sayur, nasi sisa). Sampah kering endingnya dibakar, sampah basah endingnya jadi tanah organik (tanah yang sudah terurai dengan berbagai macam sisa limbah dapur).

Jangan andalkan bak-bak pengangkut sampah, yuk pilah-pilih sampah mulai bulan yang suci ini. Dari rumah ku surgaku, dapurku yang bersih, lingkungan yang sehat, mengurangi penggunaaan sampah plastik. Semua berawal dari dapur mami, umi, ibu, emak, yuk belajar dari sekarang.


#thr2019hari5

#samberthr

Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun