" Aku ingin dia kembali, sudah empat tahun, namun dia tak pernah muncul ke permukaan. Apakah aku masih punya harapan? " kalimat itu tercetus di sela isak Belani.
" Selalu ada harapan, Belani. Suatu saat dia pasti muncul ke permukaan untuk menemuimu. " hibur DC.
" Kamu yakin?" Belani menghentikan isaknya.
" Yakin."
" Kapan?" ada nada mendesak.
" Kita tuntaskan dulu ceritamu. Aku pasti membantumu sekuat tenaga untuk menemukannya." Â Hibur DC.
" Sudah hampir malam... "
" Aku paham maksudmu. Sudah hampir malam. Kita pergi makan dulu baru kembali ke sini. Kali ini aku yang traktir."
Belani mengangguk bagai orang linglung. DC mengajak Belani berjalan ke ujung jembatan, menyeberang, dan masuk ke warteg.
Belani memesan makanan yang sama kayak kemarin. DC memesan berbeda. Kali ini ia memesan sambal terong dan seekor ikan mujair bakar. Saat makan Belani tidak bersuara, DC tak berani bertanya.
Setelah makan, mereka kembali ke tengah jembatan. Belani memegang pinggiran pembatas jembatan seakan untuk menambah kekuatannya.