Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

BKT Eps 05

11 Maret 2021   07:38 Diperbarui: 11 Maret 2021   08:30 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

" Si Unyil ?" dahi Dewi Not berkerut 3 garis. " Siapa si Unyil ?"

" Si Unyil itu anak kecil yang agak penakut, suka bersembunyi di tempat gelap, terutama di,----"

" Segitiga hitammu, Hahahahaaa." Dewi Not ketawa heboh, senang bisa memotong omongan DC dengan telak.

" Darimana Dewi tahu segitigaku warnanya hitam? Apa Dewi tengah malam membongkar genteng kamarku  dan mengintip lemari pakaianku ?" DC melempar lirikan menantang.

Dewi Not bersikap jijik. Senyumnya masih memukau. " Waktu aku ke rumahmu bersama DS, ingat engga bau busuk yang kamu alami gara-gara pil buatan Baba. Jangan bilang sudah lupa. Itu baru 3 bulan yang lalu. Waktu itu kamu sibuk menangkis tuduhanku tentang bisul, kamu lupa menyimpan jemuranmu. Ada 3 kolor ireng di tali jemuran belakang rumahmu. Hahaha.... DS yang memberitahuku, katanya DC ternyata kolor ireng, bukan kolor ijo. Hahahahaha...." Tawa Dewi Not begitu heboh hingga beberapa pengunjung menatap ke arahnya. Dewi Not bersikap tak peduli.

DC malu ketahuan kolornya berwarna ireng. Ia menunduk. Dulu ia mengenakan segitiga bermerek Hing berwarna putih, kaos juga bermerek sama. Setelah Cherina berangkat ia pilih mengirim pakaian kotornya ke loundry. Cara itu praktis. Namun, ia takut tukang laundry mengetawai kolornya yang berwarna putih, yang entah kenapa selalu ada bercak kuning persis di tempat persembunyian si Unyil, bahkan di setiap celana dalam. Mau tak mau ia mencuci sendiri segitiganya dengan mesin cuci. Eh, bukannya menghilang, bercak kuning itu bertambah kuning, bahkan ada yang mendekati coklat. Mau tak mau ia ganti kolor yang berwarna hitam.

DC sudah menunduk hingga wajahnya nyaris menyentuh meja, Dewi Not masih belum mau berhenti ketawa. Terpaksa ia menggunakan trik licik. Ia menjatuhkan sendok, lalu jongkok untuk memungut sendok. Dewi Not lupa menutup lututnya. Setelah memungut sendok, DC duduk kembali seperti semula. Kali ini ia berani unjuk gigi.

" Cukup donk tawamu segitu aja. Kalau belum mau berhenti, nanti kuteriakkan warna segitigamu loh, biar semua pengunjung menatapmu dengan penuh hasrat, "

" Aku gak pernah jemur segitiga di luar, selalu di dalam kamar. Mana mungkin kamu mengintip warna segitigaku," nada Dewi Not meremehkan.

" Aku gak perlu ke rumahmu, atau bongkar genteng kamarmu, atau mengintai jemuranmu, aku hanya perlu menjatuhkan sendok, dan tadi sudah kulakukan." DC membesarkan matanya. " Apa perlu kuberitahu pengunjung warna segitigamu ,----" Belum habis DC bicara, sesuatu menyumbat mulutnya, membuat omongannya terhenti.

Dewi Not tahu ia kecolongan. Wajahnya pucat. Ia menutup kedua pahanya rapat-rapat. Tangannya bergerak secepat kilat menyambar ayam goreng dan dijejalkan ke mulut DC. Begitu berhasil, ia berdiri, menghilang dari hadapan DC.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun