Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 289-290

27 Agustus 2018   05:14 Diperbarui: 27 Agustus 2018   07:58 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiong It mati kutu melihat Awai lepas tangan. Itu sangat berbahaya.  Ia takut Awai jatuh dan terluka, ia tak berani mengejar lagi.
Melihat Tiong it berhenti mengejar, Awai lega. Ia memegang setang dan melaju semakin kencang. Ia tak ingin Tiong It mengarang kebohongan yang lebih parah lagi. Ia sudah rela berpisah secara baik-baik. Untuk apa lagi Tiong It mengejar dan membohonginya?

Selama seminggu Huina pontang panting mencari pinjaman, hanya terkumpul 250 ribu. Lalu ia terpikir kapalnya. Kapal itu walau kecil dulu dibeli seharga 500 ribu. Kalau dijual, paling tidak ia bisa mencicil 750 ribu pada bandar judi. Ia ke dermaga Sungai Alam, menawarkan kapal itu pada nelayan-nelayan yang menambat perahu di dermaga itu. 

Nelayan-nelayan disana sudah punya kapal, tak bersedia membeli, menyuruh Huina menawarkan kapalnya pada rentenir jika butuh uang segera. Huina menjumpai rentenir. Rentenir mengatakan kapal itu kecil, sudah tua, papannya sudah mulai lapuk. Hanya bersedia membeli seharga 200 ribu.
Huina meminta 300 ribu. Setelah tawar menawar selama 2 jam, kapal itu dilepas dengan harga 250 ribu. Huina gembira sudah berhasil mengumpulkan 500 ribu. Kalau dibayar, berarti hutangnnya tinggal 1,3 juta. Entenganlah, pikirnya.

Pumei datang sesuai janjinya. Huina langsung menyodorkan 500 ribu ke tangan Pumei.
" Ini, 500 ribu. Tolong bilang ke bandar kalau sisanya kubayar setelah aku punya uang. " pinta Huina.
" Oke. Kuterima cicilan ini. Tapi harus kuingatkan. Setiap bulan bunganya 20 persen. Artinya, jika setahun tidak kamu bayar, hutangmu akan menjadi 4,4 juta, dan kamu harus angkat kaki dari rumah ini." ancam Pumei.
" Jangan takut. Hutang itu pasti kulunasi sebelum setahun." Kata Huina sombong.
" Ada cara lebih mudah untuk membayar hutangmu." Pumei menunjukkan wajah musangnya.
" Apa caranya ?"
" Sini, kubisiki, " Pumei mendekatkan mulutnya, Huina mendekatkan kupingnya. Terdengar kasak kusuk. Lalu diam.
" Bisa begitu ?" tanya Huina tak percaya.
" Tentu !" Pumei tertawa. Pancingannya telah ditelan. Mangsa sudah terjerat, dan misinya tercapai, ia tinggal meminta komisi dan bandar judi.
Versi cetak bisa dipesan lewat WA/sms ke 08561273502. Ayo bertualang bersama Awai ke Philipina mencari kekasih Austin Zhen di buku dua,  dan ke sarang narkoba paling rahasua di segitiga emas pada buku ketiga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun