Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 247-248

18 Juli 2018   05:15 Diperbarui: 18 Juli 2018   06:03 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak. Ayah sudah tua, sering sakit-sakitan, butuh duit untuk berobat. Gara gara sering berobatlah ia bertemu Yolana dan menawarkan rumah itu pada makcik gendut itu."

Tiong It ketawa mendengar Yolana dipanggil makcik gendut. Yolana memang gendut. Bobotnya mungkin 90 kg.

Awai berdiri. Melihat Awai berdiri, Tiong It melambai agar Awai mendekat. Awai menggeleng.

" Kesinilah, kukenalkan dengan roh makcik Ros." Panggil Tiong It.

Awai menggeleng. Lututnya lemas hingga sulit digerakkan.

" Suruh jangan takut. Dia tak bisa melihatku. Ayahnya juga."

Tiong It mendengar Soraya mengatakan demikian. Ia ikut heran. " Kenapa hanya saya yang bisa melihat makcik ?" ganya Tiong It.

" Itu karena pranamu kecil. Hanya orang yang berprana kecil yang bisa melihat roh." Soraya menjelaskan.

Tiong It tertegun." Berarti aku orang yang akan sering bertemu roh gentayangan?"

" Betul. "

" Ih, mengerikan. Pantas hanya aku yang bisa melihat dan berbicara dengan makcik. Apa aku juga bisa menyentuh roh ?" tanya Tiong It.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun