Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 219-221

5 Juli 2018   06:12 Diperbarui: 5 Juli 2018   07:37 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dasar pembangkang ! Kamu berdosa pada arwah nenek moyangmu. Kucuci dosamu dengan air laut !" Huina sangking geram menyeret anaknya ke pinggir dermaga, lalu dengan sekuat tenaga ia mendorong Awai ke laut.

Awai tak berani melawan. Ia pasrah didorong. Air sedang pasang. Burr ! Tubuhnya tercemplung ke laut. Ia pandai berenang. Segera ia timbul dan berusaha berenang ke dermaga.

Tiong It berlari ke tempat Awai jatuh. Ia melihat Awai berenang menuju ke arahnya. Awai basah kuyub. Air laut kotor bercampur dengan makanan sisa yang dibuang tadi, " Awai ! Ulurkan tanganmu, aku akan menarikmu naik !"

Huina geram melihat Tiong It berusaha menolong Awai. Ia mendorong Tiong It ke pinggir. Dilihatnya ember yang dibawa Awai tergeletak di dermaga. Ia mengambil ember itu, menyedok air laut, lalu dituangkan ke kepala Awai. Setiap kepala Awai muncul di permukaan air, Huina menyiram kepala anaknya dengan air. Awai meski pintar berenang, karena disiram dari atas, banyak air laut yang masuk ke mulutnya. Ia mulai kenyang air laut. Perutnya mulai menggembung.

" Awai ! Awai !!! " teriak Tiong It panik. Ia berusaha terjun ke luat, namun niatnya dihalangi Huina. Setiap ia berusaha ke pinggir, Huina menghadang di depannya.

" Ini urusan keluargaku, kamu tak berhak ikut campur ! Pulang sana !" maki Huina.

" Bibi, tolong biarkan Awai naik. Aku takut dia tenggelam." Tiong It memohon dengan nada ketakutan. Semakin lama Awai semakin kehabisan tenaga. Lama kelamaan pasti kehabisan nafas akibat air masuk ke paru parunya.

"Biarkan dia tenggelam daripada jadi anak durhaka ! Aku sudah melarangnya bergaul denganmu, dia tetap melakukannya ! Aku benci pembangkang ! Lebih baik dia mati tenggelam daripada menjadi duri dalam keluargaku !"

"Bibi, tolonglah mengerti. Awai bermarga Tan, dia tak terlibat dalam pertikaian antara keluarga Lim dan Han ! Tolong biarkan dia naik, bibi Huina !"

"Dia anakku ! Sekarang aku kepala keluarga menggantikan suamiku ! Dia harus patuh padaku, ikut aku membenci keluargamu !"

Setiap Awai memegang ujung kayu dermaga, kaki ibunya bergerak untuk menginjak tangan anaknya. Jemari Awai seakan remuk. Akhirnya ia tak kuat lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun