Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 95-98

9 Mei 2018   08:02 Diperbarui: 9 Mei 2018   08:07 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampul buku novel "Namaku Awai"

" Sesuatu yang sulit di dapat, kalau didapat, akan lebih dihargai. Silahkan mencari ke tempat lain, anak muda. " kata wanita itu.

Tiong It tertegun. Kalimat yang diucapkan wanita itu kenapa terasa berkesan di hatinya?Sesuatu yang sulit di dapat, kalau didapat, akan lebih dihargai. Apakah ia dinilai kurang berusaha ? Apakah ia harus mencuri bunga itu saat pemiliknya lengah?

" Menurut penjual bunga, hanya disini tumbuh bunga ros. Saya tak tahu kemana lagi harus mencarinya. Boleh tolong beritahu saya, makcik ?" tanya Tiong It, makcik adalah panggilan untuk wanita yang sudah menikah lebih muda usianya dari ibu).

" Kalau kubilang di kuburan ada, apa kamu berani memetiknya? " Wanita itu tetap mempertahankan senyumnya,

Tiong It bergidik. Kuburan ? Masa sih ada yang menanam bunga ros di kuburan? Kuburan siapa ? Siapa yang menanam bunga ros di kuburan?

" Sesuatu yang sulit di dapat, kalau didapat, akan lebih dihargai. Itu maksudku tadi. Selain disini, bunga ros hanya ada di kuburan Soraya Hanifa. Kalau kamu berani, petiklah ke kuburan Soraya. "

Tiong It gemetaran. Ia ingat. Wanita yang bunuh diri di rumah ini kalau tak salah namanya Soraya Hanifa. Ia disuruh ke kuburan saat sudah malam begini ? Belum bergerak ia sudah ketakutan setengah mati.

" Apa hubungamu dengan Soraya Hanifa?" tanya Tiong It. Entah kenapa ia melontarkan pertanyaan itu.

" Saya saudara kembarnya."

Kepala Tiong It terangguk-angguk. " Kalau aku berani kesana, apakah anda mengizinkan saya memetik bunga di kuburan saudaramu itu ?"

" Tentu !" Wanita itu mengangguk." Bahkan, selanjutnya, kamu boleh memetik bunga disini sesuka hatimu." Senyum wanita itu kian enak dipandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun