Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Beauty and The Beast (67)

10 April 2019   05:36 Diperbarui: 10 April 2019   05:47 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mana mungkin ia tidak menjerit jika bertemu hantu berwajah yang lebih seram dibandingkan sosok tadi? Tadi itu Melli atau Meilan ? Aldi berusaha mengangkat kakinya untuk berdiri, kakinya lemas hingga ia tersungkur kembali. Setelah mencoba 3-4 kali barulah ia berhasil membuka pintu.

Saat berbaring di kasur Aldi coba mengingat percakapan tadi. Hantu itu mengatakan, jika ia bertahan hingga setahun, pasti ada yang berani membeli rumah ini. Pemilik rumah ini temannya. Jika rumah ini terjual, temannya pasti dipaksa pindah dari rumah ini, atau diusir dengan mengundang pendeta berilmu tinggi.

Hantu ingin mempertahankan miliknya ? Tapi kenapa hantu yang satu ini ingin ia pergi, hantu bercadar malah memberinya Pien Tze Huang seakan menyuruhnya bertahan ? Kenapa terjadi kontradiksi seperti ini ? Bingung Aldi memikirkan semua itu.

Aldi mengambil kesempatan kala makan siang untuk menelpon Widia, mengajak Widia ketemuan karena ada yang ingin ia tanyakan. Widia bersedia bertemu asal bukan di rumah Aldi. Akhirnya disepakati mereka akan bertemu di Bakmi Naga Pancoran jam 5 sore.

Sore-sore Bakmi Naga sepi. Hanya 2 meja yang ada tamunya. Aldi duduk menunggu. Jam 5.15 barulah Widia muncul sambil meminta maaf atas keterlambatnannya. Keduanya memesan bakmi dan teh manis. 

Sambil makan Aldi bercerita, bahwa semalam kembali ia diterjang anjing hingga kepalanya membentur pintu, lalu muncul sesosok wanita bertubuh gosong memintanya pindah. Aldi menunjukkan jidatnya yang yang lebam kecoklatan.

Widia mengambil tangan Aldi, menggenggam tangan itu. " Aku ingin kamu bertahan, Al. Sudah 6 setengah bulan. Jangan menyerah. Demi adikmu." Rayu Widia.

" Aku berusaha , tapi ada omongan hantu itu yang agak membingungkan. Katanya, kalau aku bertahan, temannya yang akan terusir dari rumah itu. Aku ingin tahu siapa pemilik rumah itu."

Widia mengambil gelas, minum seteguk, " Pemiliknya sudah meninggal. Sertifikat tanah dan bangunan itu sekarang dipegang adik pemilik rumah itu. Namanya Jonny Tanuwijaya. Jonny mengatakan abangnya tak punya ahli waris. Dulu ada, tapi meninggal dalam kebakaran kala kerusuhan Mei 98. " Widia menjelaskan.

" Berarti hantu bercadar itu keponakan Jonny Tanuwijaya. Siapa nama abangnya ? " tanya Aldi.
" Aku gak tahu. "
" Kenapa gak tahu? Bukankah kalian diberi kuasa menjualnya ?"
" Jonny meyakinkan kami bahwa dia punya sertifikat tanah dan bangunan itu, pernah diperlihatkan, tapi melarang kami mencopinya demi alasan keamanan. Aku lupa memerhatikan nama pemilik sertifikat itu. Jonny meyakinkan kami bahwa dialah satu-satunya saudara abangnya yang masih hidup, yang lain semua mati dalam kerusuhan."

Aldi terdiam. Ia mulai mengerti apa yang dihadapinya. Seorang paman yang ingin menjual sebuah rumah angker, sementara yang merasa punya hak atas rumah itu, anak pemiliknya, telah meninggal, mati terbakar dan menjadi hantu untuk mempertahankan haknya. Benarkah hantu bisa mempertahankan hak ? Benarkah seluruh saudara dan keluarga Jonny Tanuwijaya semuanya sudah mati? Bagaimana kalau ada yang masih hidup?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun