Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Beauty and The Beast" [66]

8 April 2019   05:45 Diperbarui: 8 April 2019   05:51 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok itu heran melihat Aldi tidak jatuh pingsan melihat kondisinya yang menakutkan. Bahkan wajah Aldi tidak menampilkan kesan terlalu ngeri.
" Apaaa kamuuu hantu bercadar yang menghuni rumah ini ?"  tanya Aldi gagap dan gugup. Ia merasa ini pertemuan yang ditunggu-tunggunya. Akhirnya ia bisa bertatap muka dengan pemilik rumah yang memberinya tumpangan gratis. Ia harus menjelaskan kenapa ia harus  bertahan tinggal di rumah ini hinga setahun. Ia yakin orang ini korban kerusuhan yang mati menggenaskan, yang rohnya gentayangan untuk mengusir orang yang ingin tinggal di rumahnya.

" Aku ingin kamu pergi dari rumah ini !" bayangan itu mengangkat kayu tinggi-tinggi.
" Tunggu, tolong dengar penjelasanku. Aku punya kesulitan sehingga terpaksa tinggal bersamamu selama setahun, demi adikku yang ingin kuliah. Aku mohon izinkan aku tinggal disini selama setahun. Aku janji akan pergi setelah setahun." Ucap Aldi menahan kengerian sehingga hampir terkencing di celana. Wajah itu mengerikan, tapi ia sudah melihatnya saat berada dalam kondisi seperti mimpi dibawa ke masa lalu untuk menyaksikan apa yang menimpa gadis ini.

" Tidak bisa ! Kalau kuizinkan, aku yang terusir dari rumah ini ?!"
" Kenapa ? Siapa yang akan mengusirmu ?"
" Rumah ini dianggap angker. Jika kamu sanggup bertahan, pasti ada yang berani membeli rumah ini. Kutegaskan, rumah ini milik temanku, kamu yang harus pergi ! Aku tak mau temanku terusir dari rumah ini !"  
Kalimat yang diucapkan sosok itu agak membingungkan, tapi Aldi berusaha memahaminya.
" Siapa temanmu itu ? Boleh aku meminta kelonggaran darinya ?" tanya Aldi.
" Wajahnya lebih rusak dibanding aku. kamu berani bertemu dengannya ?" suara itu menantang.
" Ini... ini... " Aldi gugup dan gagap, omongannya tercekat dan putus-putus.
" Temanku itu wajahnya terbakar, rusak parah, lebih jelek dibanding kuntilanak. Dia mengatakan padaku, dia jatuh cinta padamu. Berani kamu menerima cintanya ? "

Aldi berharap yang didengarnya ini hanya dengung dari alam mimpi. Ia tak berharap bertemu hantu yang lebih jelek ketimbang sosok yang sedang berdiri di hadapannya. Lututnya gemetar hingga sulit diajak berdiri. Ia masih setengah bersandar di pintu.
"Hahahaha.. sudah kuduga kamu penakut hingga tak berani ke kamar mandi, pantas setiap malam kencing di botol ! Hahaha... Bagaimana kalau aku mengajukan syarat, temanku mencintaimu, kalau kamu membalas cintanya, kuizinkan kamu tinggal disini hingga setahun, gimana ? " sosok itu ketawa terkakak kakak.
"Ini... ini... "

"Kuingatkan, wajah temanku itu pernah terbakar, lebih jelek dibanding wajahku. Lebih rusak dibanding wajahku. Itu sebabnya dia mengenakan cadar. Aku berani muncul dengan wajah asli. Dia membungkus wajahnya hingga hanya terlihat mata. Nah, kutantang kamu. Berani kamu melihat wajahnya ? Asal kamu tidak pingsan atau menjerit ketakutan, kuizinkan kamu tinggal hingga setahun, gimana ?" tantang sosok itu.
Aldi seakan-akan tercekik. Ia disuruh pacaran dengan hantu? Ia diminta melihat wajah hantu bercadar tanpa ketakutan atau pingsan? Sanggupkah ia melakukan hal itu ? Ia terdiam seperti patung.

"Hahaha.. sudah kuduga kamu penakut plus pengecut ! Hahahahah... " Sosok itu mengenjot tubuhnya, mencelat, melayang ke udara, hinggap di genteng, berlari di genteng, menghilang dalam kegelapaan malam.

Aldi terpana melihat kejadian itu. Omongan sosok tadi menyiratkan ada dua hantu, satu bercadar dan satu lagi tidak, satu bernama Melli dan satu lagi bernama Meilan. Keduanya bersahabat atau kakak-adik, sama-sama korban kerusuhan, sama-sama terbakar hidup-hidup, tapi wajah yang satu lebih rusak hingga sudah menjadi hantu pun harus mengenakan cadar. Wajah hantu bercadar itu pasti super mengerikan.
Mana mungkin ia disuruh pacaran dengan hantu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun