Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Beauty and the Beast" [40]

22 Februari 2019   07:16 Diperbarui: 22 Februari 2019   07:22 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episode 41
Sosok itu berdiri di depan ranjang yang ditiduri Aldi, menatap Aldi tanpa kedip, seakan terpesona oleh keteraturan dengkuran Aldi.
Kenapa kamu ngotot tinggal di rumahku ? Terluka separah ini apa kamu masih ingin bertahan ? Kenapa tidak pindah saja demi keselamatanmu ?
Aldi menggeliat, bayangan itu cepat-cepat melompat ke jendela dan menghilang dalam kegelapan.

Senin pagi Jean uring-uringan. Sudah jam delapan namun Aldi belum muncul. Ia mengambil hape dan mengebel. Aldi tidak menjawab panggilannya. Mungkin Aldi sedang di angkot, pikir Jean. Ia berusaha menyabarkan diri. Ia mulai mengetik pembetulan yang ditulis Aldi di bagian kiri. Tulisan Aldi rapi dan enak dibaca. Ini yang disukai dari Aldi. Kerapian dalam menulis biasanya menular dalam kehidupan sehari-hari. Jean membayangkan tahun depan Aldi mengajaknya ke Semarang, menemui orangtua Aldi, dan mereka meminta restu untuk menikah. Seketika ia merasa pipinya merona.
" Jadi pengantin juga akhirnya kamu, Jean. Kupikir dulu kamu menunggu dilamar direktur pabrik sepatu. Ini.. si editormu yang tampan itu, kan ? Namanya Aldi? "
Janete, si mulut usil yang suka menyindirnya jomblo itu sekarang bungkam, paling tidak ngomongnya sopan. Ini kesempatan membalas kesengitan Janete.
" Ya iyalah ! Dulu dia emang editor, sekarang dia jadi penulis terkenal gara-gara bukunya : Setahun Bertahan di Rumah Hantu diterbitkan dan langsung best seller. Dalam sebulan terjual 10.000 eksemplar. Sekarang dia Aldi Nofian si penulis best seller !" Pamer Jean.
" Sepuluh ribu eksemplar ?!!! Wuih, royaltinya semilyar donk. Langsung kaya donk kamu, Jean." Puji Astuti yang dulu suka nyinyir gara gara ngajak Jean selalu membuat mereka tampak ganjil (jumlah orangnya).
" Yeap. Kami beli apartemen, BMW, dan ini rencananya mau bulan madu ke Yunani." Bangga Jean.
" Yunani sedang dilanda krisis ekonomi loh, Jean. Entar kalian dijadikan jaminan  buat membayar utang ke IMF !" Raisa, si mulut besar ikut nimbrung dengan sikap sok tahunya.
Jean tersedak. Ia terlalu sibuk bekerja hingga tak tahu negara Yunani sedang dilanda krisis moneter. Eh, apa beda krisis ekonomi dan krisis moneter? Sama saja, kan. Berhubung ia tak mampu menjawab, ia mencari Aldi untuk membantunya ngomong.
Meja Aldi kosong. Lamunan Jean buyar. Jam 9.30 Aldi masih belum nongol? Kayaknya semakin lama Aldi semakin bertingkah. Kamis lalu sudah terlambat dua jam. Sekarang sudah hampir 2 jam lagi telatnya. Jean mengambil hape,  memanggil Aldi, kembali panggilannya tidak direspon.
" Sial ! Awas kalau kamu muncul siang ini ! Kucakar celanamu hingga sobek di pantat ! " ancam Jean. Ia ingin mengadukan  mobilnya yang bonyok. Itu gara gara mengantar Aldi pulang. Andai tidak ke rumah Aldi, tak mungkin ia ketemu hantu hingga harus salah menginjak rem. Semua gara gara Aldi !!!! umpatnya dalam hati.

Widia duduk sambil mengetuk ujung pena ke permukaan meja. Ia ngeri membayangkan luka yang dialami Aldi. Kalau aku, tak sudi aku tinggal di rumah itu. Walau gratis, walau diimingi hadiah 100 juta, aku tak sudi. Ia tak menyangka telah bertemu pria terbodoh dalam hidupnya. Menurutnya Aldi luar biasa bodoh. Mau saja dibujuk untuk tetap bertahan. Tapi tak heran sih. Editor kerjanya membaca, novel isinya hanya pengungkapan imajinasi penulis, penuh dengan fantasi. Aldi pasti hidup di dunia penuh khayalan.
Hapenya berbunyi. Di layar tercetak pemanggilnya  Penjual RSGB.
" Ya, pak. Ada apa pagi-pagi menelpon?"
Penelponnya bersuara pria yang tidak muda lagi, namun bukan suara  kakek-kakek.
" Kudengar hantu itu mengamuk lagi. Kali ini korbannya terluka parah?"
" Oh itu, si Aldi. Dia terjatuh ke kali gara gara dikejar anjing. Hantu-hantu itu melempar tulang terkena punggung Aldi. Aldi dikejar anjing. Aku terus menekannya bahwa itu bukan dikejar hantu, melainkan dikejar anjing. Kuminta dia bertahan."
" Gimana reaksinya ?"
" Dia tipe pria yang sok jaga gengsi. Adiknya butuh uang untuk biaya kuliah. Dia pasti bertahan. " beber Widya.
" Baguslah. Tapi aku yakin hantu-hantu itu akan mengadakan perlawanan. Sebaiknya kamu gunakan pesona dirimu untuk menahan penyewa bodoh itu. Kudengar obrolan orang, malam minggu itu kalian jalan bersama, Aldi selalu menatapmu. Buat dia jatuh cinta padamu, "
" Ini...."
" Hanya sandiwara. Setelah rumah terjual, campakkan dia. "
"  Ini agak berat. Ini agak sulit dijalankan." Wajah Widya mengeruh.
" Kunaikan komisimu 5 %. Jangan sampai gagal!. " suara itu menekan.
Widia tertegun. Ia memikirkan akibatnya bagi Aldi dan bagi dirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun