Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Imbas Corona, Air France Pensiunkan Seluruh Pesawat Airbus A380

4 Juni 2020   04:50 Diperbarui: 18 Januari 2023   00:53 3093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabin ekonomi upper deck (dek atas) Air France A380 (foto: flight-report.com)

Ketika sedang bertugas, saya lebih senang bekerja di kelas Ekonomi di kabin atas (waktu itu SQ belum memiliki kelas Premium Economy). Kenapa suka di kabin atas? Karena penumpangnya lebih sedikit (88 orang) daripada kabin Ekonomi di bawah yang berjumlah sekitar dua ratusan orang lebih dan jika saat itu tidak full load maka akan lebih sedikit lagi jumlah penumpangnya. Hehehe. 

Namun jika saya off duty dan kebetulan berpergian menggunakan A380, saya juga lebih memilih duduk di kabin atas karena suasananya yang tenang meski kenyataannya saya selalu ditempatkan di bawah dan dilarang ngotot. 

Kokpitnya di mana Der? Kokpitnya tentu saja di depan dong tapi berada tepat di tengah-tengah antara kabin bawah dan kabin atas yang dapat diakses melalui sedikit anak tangga dari Suite Class. 

Lalu, agar penumpang dan kru bisa naik-turun berkunjung antar kabin, A380 dilengkapi dengan alat bantu tersohor yang bernama... tangga! Pada A380 milik SQ, terdapat satu tangga di Suite Class sebagai akses naik ke Business Class dan satu tangga di buntut pesawat untuk naik ke kelas Ekonomi yang ada di kabin atas.

Selama saya terbang mengoperasikan A380, saya merasakan bahwa pesawat ini selalu membawa antusiasme tersendiri bagi para penumpangnya karena tidak semua destinasi dilayani oleh A380 dan jika memang dilayani, tidak semua orang bisa secara reguler menikmati pengalaman terbang bersama sang raksasa udara ini. Terkadang di sela-sela tugas, saya tiba-tiba dituntut menjadi fotografer dadakan untuk penumpang yang girang ingin foto sana-sini. 

Kini sungguh malang nasib A380 yang harus kembali ke sarang sebelum ia mengarungi angkasa lebih jauh dan lebih lama lagi. Memang benar kata orang bahwa sesuatu yang terbesar, tergagah, terganteng, tercantik, terindah itu belum tentu yang terbaik. 

Si burung besi raksasa yang awalnya dielu-elukan dan menjadi prestise maskapai-maskapai besar akhirnya harus menyudahi kejayaan di tangan maskapainya sendiri, lebih menyakitkan lagi, secara prematur. 

Tapi hal itu tidak menghentikan saya untuk selalu memujanya. Airbus A380 telah menjadi kepingan besar dalam sejarah dunia penerbangan dan jejak-jejaknya tidak mungkin terhapus, selamanya akan tertoreh nyata di bentangan indah cakrawala...

Derby Asmaningrum
Prancis, 1 Juni 2020

Artikel tentang pengalaman saya bekerja sebagai awak kabin bisa dibaca di sini.

Referensi: Satu, Dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun