Mohon tunggu...
Deny Widiyan
Deny Widiyan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kami Menulis, Karena Kami Peduli

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenal Arti Bahagia

5 September 2013   08:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:20 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berjalan menyisiri malam yang kelam diantara rel rel kereta yang entah umurnya berapa.
diterpa dingin dan rintik hujan atau kadamgkala  mendengar gemerisik celoteh anak anak berbaju kumuh sedang bermain.

Ada orang tua yang terduduk sepi di bahu jalan sambil menelungkupkan muka, muka  yang sangat tua dengan karung putih besar disisinya. Pura purakah dia untuk mendapat sedikit belas kasihan dari orang lain ?
entahlah.

di Pojokan sana tampak seorang wanita dengan dandanan menor dan tak lagi cantik.
berjalan lenggak lenggok menjajakan apa yang seharusnya ia simpan rapat rapat untuk suaminya disana ( jika Ada)
Mungkin umur telah memakanya dan membuat dirinya tak laku lagi  dimata para penikmat kehidupan malam.

Kulanjutkan perjalananku lagi menyisiri malam.
Kakiku agak sakit karena entah sudah berapa jam aku berjalan. entah kemana.
melihat kota ini.
akan kecantikan dan kebusukan hidup disini.

entah berapa kali aku lihat mobil mobil mewah berseliweran tanpa malu malu.
dan ketika berjumpa dengan pom bensin berwarna kemerahan ditunjuknya BBM subsidi.

ya subsidi yang seharunya diberikan pada mereka lebih membutuhkan.
membutuhkan makan dan pendidikan.

Dan Aku tertawa pada para mahasiswa
pada para intelektual
pada orang orang yang suka berdebat.

Jalanku sudah nampak lelah,
Haus mulai  menyelimuti hingga kulangkahkan kaki  untuk membeli minum.
di depanya banyak muda mudi sedang tertidur atau tertawa tawa karena minuman keras yang mereka tenggak,
ya minuman yang bisa ditemui disegala sisi.

Dan Orang orang suci pun berteriak sekan merekalah yang paling suci,
yang dari mulutnya meneriakkan rasialisme
yang mengumbar kebencian pada kelompok diluar mereka.

dan malam semakin larut,
namun  satu hal yang membuatku tak tergoyah,
karena kalian.
karena kalian yang pernah mampir dihidupku.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun