Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nabi Ya'qub Alaihissalam Sebagai Ayah (6)

26 Maret 2025   22:26 Diperbarui: 26 Maret 2025   22:26 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jamaah bersujud (Sumber: pexels.com)

Setelah menerima kabar dari putra-putranya bahwa Bunyamin telah mencuri properti kerajaan dan karenanya ditahan penguasa di Mesir, Ya'qub alaihissalam menunjukkan sikap yang mengisyaratkan rasa tidak percayanya. "Bahkan kalian menganggap bagus perkara ini..."

"Aduhai duka citaku terhadap Yusuf" -- kalimat yang menunjukkan bahwa kehilangan Bunyamin saat itu mengingatkan Ya'qub atas Yusuf. Matanya memutih karena 'al-huzn' (kesedihan) yang bersangatan, ditambah lagi amarah yang ia pendam dan tidak ia luapkan. Emosi yang bercampur baur dan bergolak itu tidak ia ejawantahkan dalam wujud kata-kata, sikap atau gerak tubuh. Ya'qub benar-benar sosok pribadi yang terkendali.

"Wahai anak-anakku, pergilah kalian dan carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf: 87)

Harapan akan rahmat Allah adalah ciri orang yang beriman. Tingginya harapan itu menunjukkan kuatnya keimanan seseorang. Sebaliknya, semakin tipis harapan seseorang pada rahmat Allah maka semakin lemah pula kadar keimanannya. Jika iman hilang (kafir) maka harapan akan rahmat Allah itu pun pupus. Janganlah kalian serupa dengan orang-orang kafir yang putus harapan!

Menaati perintah ayahnya, kesembilan putra Ya'qub itu pun kembali lagi ke Mesir.

"Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: 'Wahai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah jatah gandum kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah."

Syekh As-Sa'dy menjelaskan bahwa ayat ini mengisyaratkan bolehnya mengadukan kesusahan dan kemelaratan kepada makhluk dalam rangka meminta dipenuhinya hajat kebutuhan (sebatas kesanggupan makhluk yang dimintai tolong). Dan meminta-minta seperti yang dilakukan saudara-saudara Yusuf ini tidaklah tercela karena yang diminta adalah harta Baitul Mal (perbendaharaan umum, harta negara) bukan harta perorangan.

Kali ini barang yang akan dijadikan alat tukar adalah barang-barang yang tidak berharga yang tidak setara dengan nilai gandum selaku bahan makanan yang sangat mereka butuhkan. Itu adalah bukti bagi pernyataan bahwa saat itu mereka sedang melarat.

Karena nilai barang yang ditukar itu tidak setara dengan nilai gandum yang engkau beri maka anggap saja atau jadikan selisih nilai itu sebagai sedekah. Sedekah bagi kami yang akan engkau dapatkan ganjarannya dari sisi Allah. Begitu kira-kira makna ucapan saudara-saudara Yusuf.

Di ayat ini juga disebutkan bahwa saudara-saudara Yusuf meminta bantuan dengan menyebut nama Allah. Sebab, orang beriman akan trenyuh hatinya jika nama Allah disebut, apalagi semacam Al-Aziz yang derma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun