Mohon tunggu...
Deny Papanya Deandra
Deny Papanya Deandra Mohon Tunggu... -

Kerja di finance, orang yang humoris dan rada gokilz, mendirikan group d'gokilz land samarinda (facebook), dan aktif menulis, aktif selingkuh dan otak rada sedikit kena pengaruh radio aktif.. karena pernah di culik alien..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Rahasia Sisi Lainku

12 Juli 2011   13:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13104756101496905017

Balikpapan, hari ini..

Bulir hujan membasahi pipiku, berdiriku di pinggiran turap tepian laut balikpapan, memandang kosong ke arah lautan, ini hujan pertama setelah seminggu aku berada disini, cukup jauh dari anak dan istriku yang tinggal di Samarinda.

Aku duduk, menjuntaikan kakiku ke luar kearah laut, membiarkan air pasangnya menyentuh kakiku, tubuhku telah mulai basah oleh hujan, petir di arah laut sangat kontras dengan menghitamnya background langit, cahayanya berpendaran hingga menyilaukan mataku..

Laut tidak begitu tenang, kegundahannya membuat beberapa nelayan dengan perahu kecilnya terlihat harus bersusah payah menuju pinggiran, hujan yang mulai deras ini akan membuat perahu-perahu mereka di penuhi air dalam sekejap jika tak segera menepi.

Aku hanya memperhatikan semua itu tanpa tautan dengan apa yang sedang ada dikepalaku saat ini. Aku membiarkan tubuh dan pakaianku basah oleh hujan, berharap basahnya menghapus galau di fikiranku, serta dingin terpaan angin pantai membekukan hatiku yang lagi-lagi mulai rapuh.

Aku tau, hari ini kamu berangkat menaiki salah satu pesawat dari kota ini, pulang ke kampung halaman, liburan kuliah telah tiba hingga lebih sebulan ke depan sampai lebaran tiba

, dan aku tak sempat melakukan hal-hal seperti biasanya, mengucapkan selamat jalan, memeluk, mencium keningmu, deg-deg’an menunggu waktu keberangkatan di terminal bandara, berharap pesawat delay dan mendekapmu lebih lama, mengantarmu hingga ke gate keberangkatan dan melambai dengan kesedihan karena harus berpisah lama saat kamu terlihat untuk terakhir kalinya di pintu masuk pesawat.. saat ini, tidak lagi, karena kau pergi dan hanya pergi, hanya dengan sebuah text message.. “aku pergi dulu, doakan baik aja..”

Dan aku kini, terdiam disini, aku tak menemukanmu dikota seluas ini, dan tak mungkin bisa tanpa clue apapun, hujan telahpun mulai usai, matahari di balik awan telah ikut pula menampakkan diri, bias cahayanya langsung mengenai sisa bulir hujan dan membentuk pelangi, buku-buku jariku telah mulai membiru kedinginan, telapaknya memucat berkerut terkena air hujan, aku berdiri dari dudukku, berbalik menuju mobil pinjaman yang kupakai selama di sini, membuka bajuku dan celanaku di depan pintu mobil hingga hanya menyisakan boxer pant di tubuhku, memeras pakaian basah itu dan lalu memasukkannya ke dalam tas plastik, aku masuk ke dalam mobil, menarik ransel, membuka dan mengambil beberapa pakaian kering dari dalamnya, mengganti pakaian termasuk boxer basahku yang akhirnya ikut menyusul pakaian basah lainnya ke dalam tas plastik.

Kini aku telah siap, memperhatikan jam di Hpku, waktu menunjukkan, ini saatnya, aku sengaja tak menunggumu di bandara, padahal itu satu-satunya cara agar aku menemukanmu, tapi tidak kulakukan..

Aku turun kembali dari mobil, melihat ke arah langit, sebuah pesawat dari maskapai penerbangan terlihat melintas, baru saja take off dari bandara sepinggan yang memang terletak di pinggir laut balikpapan. Aku yakin, didalamnya ada kamu, dan kamu tak melihatku. Aku tersenyum, dengan mataku memperhatikan pesawat itu mengecil danmulai menghilang dari pandangan..

Aku kembali ke kendaraan, menghempas tubuhku di tempat duduknya, menyalakan mesin, dan memulai perjalanan, pulang ke kotaku, Samarinda, kembali ke rutinitas, sebagai ayah anakku, sebagai suami istriku, sebagai anak orang tuaku, sebagai abang untuk adik-adikku, sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta, tapi tak kan pernah sebagai apapun bagimu...

Sepanjang perjalanan pulang, aku terus memikirkanmu, memikirkan hubungan ini, ketidakwajaran yang ku tanam di hati dan perasaanku, kesalahan yang membuat perasaan bersalah namun terus kunikmati, sebagai pelarian dari kecamuk perasaan yang tak bisa kuungkapkan, kekecewaan yang terus kuterima, dan pembelaan atas egoisme yang ku akui.. Dosa pada anak istriku akibat perasaan yang kujalani ini, yang sama besar dengan rasa sayang dan cinta yang terkumpul di hatiku untukmu.. aku sungguh tak mengerti, dan tak ingin mencoba mengerti jika harus makin mempersalahkan diri..

Rara.. Salah satu dari sekian kekasihku dulu pernah menanyakan, “Yank, percayakan kamu, kalau jodoh itu bisa terlewatkan? Maksudku, apakah kamu pernah berfikir, bahwa ternyata kita tanpa sadar telah melewatkannya, kita memang tak tau pada awalnya, tapi setelah berpisah dengan orang tersebut, baru kita sadar, bahwa mungkin sebenarnya jika kita tidak melewatkannya, dialah jodoh untuk selamanya namun sudah terlambat dan tak mungkin kembali lagi..”

Aku hanya menjawab dengan pemikiranku yang realistis, “Ah, ribet banget pertanyaanmu... Yang aku tau, jodoh itu gak ada, itu hanya sebuah “kata” karangan manusia, jodoh hanya dikaitkan dengan sebuah perkawinan, jika menikah jodohlah mereka kata orang-orang, tapi pernahkah bertanya, bagaimana jika si pria berpoligami, atau jika salah satu dari mereka mati dan yang hidup menikah kembali, atau 2 orang itu bercerai dan masing-masing menikah dengan orang lain? Dimana kata “JODOH” kamu tempatkan? Maksudku.. yang mana jodohnya?

Rara hanya mengatupkan bibirnya, mungkin bukan itu jawaban yang diharapkan hingga ia menghempaskan nafasnya, lalu berkata.. “mungkin benar katamu yank, yang selalu kamu bilang, bahwa cinta dan sayang yang abadi itu hanya dongeng buat anak-anak, hanya fairytale yang happily ever after bukan real world.. “

Aku hanya tersenyum membenarkan, dan kubuktikan, dengan waktu yang tidak lagi mengizinkan kami untuk bersama.. kini mungkin dia telah menjadi milik orang lain, dan begitupun aku..

Itu rara, aku mengingatnya seiring perjalanan ini hanya untuk mengaitkan apa yang pernah dia ucapkan dengan apa yang aku rasakan saat ini.. demi mengingatmu,

Benarkah ada kereta jodoh yang ternyata terlewatkan? Atau terlalu cepat kita naiki? Membuat kita menemukan jodoh yang salah, atau melewatkan jodoh yang benar?

Terlalu cepatkah aku menaiki kereta jodohku, hingga menikahi istriku dan tak menemukan kebahagiaan yang kuinginkan, atau terlambatkah kamu menaiki kereta jodoh dan melewati hidupku hingga baru kini aku menemukanmu setelah bersamanya?

Tapi lalu akan muncul pertanyaan, “benarkah kamu jodohku yang tepat.. dan bagaimana caraku mengetahuinya?”

Aku membuyarkan keyakinanku sebelumnya, teori tentang kereta jodoh terpatahkan seketika, bahwa lagi-lagi tidaklah realistis dan hanya berdasarkan ego apa yang aku fikirkan, bahwa jika aku terus mencari dan mencari yang tepat, selalu ada seseorang yang lebih baik dari seseorang yang telah ada, tidak akan pernah ada habisnya, jika tujuan memilih jodoh hanya karena ingin mencari yang terbaik, maka selalu akan ada yang lebih baik saat kita merasa kebaikan orang sebelumnya itu telah menjadi biasa karena rutinitas dan frekuensi..

Aku tersenyum, saatnya bangun dari mimpi-mimpi anak kecil setelah membaca dongeng percintaan, aku harus sadar, bahwa sepahit apapun, inilah hidup yang aku pilih, terlewatkan, salah atau apapun, terlepas dari jodoh itu ada atau tidak, istriku adalah yang aku pilih satu kali untuk selamanya..

Aku takkan bisa jadi apapun bagimu, hidupku, hidupmu, memang ditakdirkan untuk bertemu dan menjalani semuanya, tapi untuk bersatu, belum tentu, dan Tuhan Tau apa maksud dari tiap hal yang terjadi, pasti karena Dia menginginkan yang terbaik untuk kita..

Dadaku mulai longgar, sesaat lagi aku akan sampai di kotaku.. apapun itu, aku akan hadapinya dengan senyum, dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyerah.. hingga jika Tuhanku berkehendak..

“Baik-baiklah sayang, bahagiakan dirimu di kampung halaman, peluk cium mama dan saudaramu yang telahpun menerimaku, aku akan tetap disini, jadi yang ini saja, yang tidak akan pernah bisa jadi lebih dari ini. Jaga dirimu disana, aku tau kau takkan bisa jaga hatiku seperti itu juga aku yang telah jadi miliknya, tapi aku janji, aku takkan melupakanmu meskipun saat aku bersamanya,kuharap kamupun mengingatku meskipun hanya disudut kecil hatimu, mungkin itu salah, tapi biarlah menjadi kesalahan termanis yang pernah kulakukan.. “ , bisikku pada hatiku.

Dedicated to my self, and every women in my life..(^_^) V

baca juga  :  http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/07/06/sungai-hitam-kehidupan/#3416319


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun