Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jika Si Kaya dan Si Miskin Naik Kereta yang Sama

5 Januari 2023   14:37 Diperbarui: 6 Januari 2023   11:00 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belum semua pengguna KRL mengetahui tentang rencana Kemenhub menerapkan kartu bayar sesuai kemampuan bagi pengguna KRL.  (Kompas.com/Annisa Ramadani Siregar)

Tahun 2019 adalah tahun di mana "mata" saya terbuka lebar dan melihat bagaimana pesatnya perkembangan transportasi di ibu kota. Jika dulu saya sering naik kendaraan pribadi, karena satu dan lain hal saya harus lebih sering naik transportasi umum, salah satunya KRL CommuterLine.

Kemudahan dalam mengakses setiap sudut ibu kota, dimana rute KRL sudah mencakup area Jabodetabek, serta kemurahan tarif ongkosnya membuat KRL menjadi transportasi favorit. Dalam setiap aktivitas dan kesibukan, saya selalu menggunakan moda transportasi ini.

Apa daya, sejak pandemi merebak saya pun memutuskan untuk kembali menggunakan kendaraan pribadi ketimbang harus berdesak-desakan di dalam gerbong di mana potensi penularan virus Covid-19 masih cukup besar meski para penumpang sudah mematuhi prokes.

KRL CommuterLine (sumber: Kompas.com)
KRL CommuterLine (sumber: Kompas.com)

Sampai di tahun 2022 lalu, saya masih menggunakan KRL terutama bila ingin melakukan perjalanan jauh ke Bogor atau Rangkasbitung, misalnya. Meski intensitasnya tak sesering 2-3 tahun lalu, tapi saya masihlah seorang anker (anak kereta).

Baru-baru ini, tersiar kabar kalau tarif KRL akan dinaikkan. Yang bikin geger adalah besaran kenaikan tarif itu dibedakan bagi Si Kaya alias orang-orang dari kalangan menengah ke atas sampai kalangan atas yang berpenghasilan, dan juga bagi Si Miskin, yang saya tak tahu apakah mereka tidak berpenghasilan atau penghasilannya pas-pasan atau tak menentu.

Naik KRL (sumber: CNBC.com)
Naik KRL (sumber: CNBC.com)

Skema subsidi silang memang sedang digodog oleh Kementerian Perhubungan selaku regulator dan PT. KAI selaku induk PT Kereta Commuter Indonesia yang mengoperasikan KRL Commuter Line. Apakah skema Si Kaya harus mensubsidi Si Miskin berhasil atau tidak?

Andaikan perbedaan tarif untuk dua kelas sosial masyarakat ini benar-benar terealisasi, saya membayangkan bagaimana jadinya bila 'Si Kaya' dan 'Si Miskin' naik kereta yang sama.

Si Kaya mungkin akan memiliki (banyak) privilege. Mungkin saja dia bisa berlangganan gratis parkir valet di stasiun langganan di mana dia biasa naik KRL. Mungkin saja ada jalur khusus layaknya fast track di wahana bermain yang membuatnya tidak harus antre lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun