Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Orang Jakarta, Tapi Baru Dua Kali Naik Transjakarta

25 November 2017   22:31 Diperbarui: 26 November 2017   12:43 2949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transjakarta Busway (sumber: www.merdeka.com)

Judul artikel di atas jelas bukan lelucon karena ini adalah pengalaman pribadi saya sendiri. Lahir dan besar di Jakarta selama kurang lebih sekitar 20-an tahun (biar gak keliatan tuanya), tapi baru dua kali menginjakkan kaki di transportasi yang akrab dengan nama TransJakarta itu. Really? Why? Hhhmmm.. gimana yah jelasinnya, mungkin karena saya lebih suka bawa kendaraan pribadi dan dulu belum ada ride sharingdari UBER (uuppss.. sponsor).

Daripada Anda gugling, busway itu pertama kali beroperasi tahun 2003 dengan rute Kota-Blok M, yang kini kerap disebut Koridor 1, di era jaman bang Yos yang kalau tidak salah juga merangkap tugas sebagai ketua bulu angsa tepok (correct me if i'm wrong please). Baru di-launching, busway langsung menebar promo naik gratis layaknya promo Gr*b (sensor sedikit karena saya menghargai sponsor). Saat itu saya melihat dengan jelas di koran dan TV banyak orang kurang kerjaan yang naik busway berdesak-desakkan dan bersumpel-sumpelan dari kota ke blok m terus balik lagi. Beberapa teman ada yang mengajak untuk 'mencicipi' busway. Duh, mendingan gue bobo cantik di rumah aja deh.

Oke sekian cuplikan dari buku sejarah busway. And you know kapan akhirnya gue naik busway? Tahun 2007! Yes, itulah pertama kalinya gue naik busway dengan harga tiket Rp 3.500 yang ajaibnya gak berubah ampe saiki sama seperti materai Rp 6.000 yang harganya tak pernah berubah dulu sekarang sampai selamanya.

Naik busway (sumber: www.poskotanews.com)
Naik busway (sumber: www.poskotanews.com)
Pada waktu itu busway sudah memiliki beberapa koridor dan tujuan gue naik busway adalah mau ke Ragunan. Anyway gue pergi bersama keluarga dan gue lupa entah siapa yang mau nengok 'saudara' disana (uuu.. aaa.. uuu.. aa.. uuu.. *bukan suara owa jawa*). Dan konyolnya lagi, kakak gue dengan pilonnya makan roti di dalam busway yang membuatnya langsung ditegor kontan sama petugas karena gak boleh makan di dalam bus. (Mampoooss kau. Wahahah)

Pengalaman kedua

Itulah kisah cinta pertama saya dengan busway. Dan bagaimana kisah kedua. Tepatnya sih dua minggu yang lalu akhirnya gue naik busway lagi. Dan jarak dari kisah pertama ke romansa kedua adalah 10 tahun! Hahahahhaha..!

Sebenarnya kenapa gue bisa naik busway lagi adalah ketidaksengajaan. Jadi tanggal 11 November kemarin gue ikut workshop di Binus International FX Campus (itu lho, mall sepi di Senayan yang dulu tenar gara-gara perosotannya). Gue diajak oleh teman gue Pingkan dimana kita berdua daftar dan Puji Tuhan akhirnya kita berdua terpilih jadi peserta coz tadinya Pingkan sempet sedih karena harus pergi sendirian dan gak ada yang nemenin (uhuk.. uhuk..).

Selesai workshop, gue, Pingkan dan dua orang kenalan baru kita Ana dan Desta (seriously dia ini cewe, jangan tertipu oleh sebuah nama) memutuskan untuk makan dan nongkrong sejenak layaknya kids zaman now. Selang waktu kita akhirnya berpisah satu sama lain tanpa harus berpelukan karena kami bukan teletubbies. Sebenarnya saya pergi ke FX naik Go-Jek dan ingin pulang ke rumah juga naik Go-Jek (saya belum jadi duta UBER karena belum ada pengumuman pemenang blog competition ride sharing. Wkwk).

Lama mengorder dan gak dapet-dapet akhirnya ada driver yang mengambil orderan saya. Dan.. posisinya di Cawang-Slipi menurut aplikasi dan Google Maps. OMG! Itu jaraknya jauh banget dan gue bingung kenapa order gue di FX mall bisa diambil sama dia. Tak lama kemudian saya dikagetkan oleh sebuah pesan singkat yang masuk ke hp saya (maklum, uda lama gak dapet SMS selain dari operator).

"Psisi sy kejauan ms tlg dikansel sj.."

(Tanpa mengurangi rasa hormat dan tidak menambah satu abjad pun. Kira-kira begitulah isi pesan penuh mesra dari si driver zaman now)

"Waduh, si Go-Jek minta di cancel lagi..", kataku sedikit gelisah.

"Yaudah kalo gitu lu naik busway aja. Gue sama Ana juga mau naik busway," kata Pingkan. Btw si drummer ClubEighties sudah pulang duluan naik Go-J*k.

Jembatan busway (sumber: id.beritasatu.com)
Jembatan busway (sumber: id.beritasatu.com)
Akhirnya kami bertiga pun keluar dari FX mall menuju halte busway yang tak jauh dari sana (lupa nama haltenya, Senayan kali ya). Di perjalanan menuju halte saya pun bercerita bahwa ini adalah 'kedua' kalinya saya naik busway yang membuat keduanya terkejut dan terheran-heran. Bahkan hati saya ikut berdebar-debar karena akhirnya bisa naik busway lagi sampe-sampe share di IG story. Hahahahah.

Oh ya, saya baru tahu kalau busway ternyata sekarang menerapkan e-money. Namun karena tidak punya si kartu non tunai itu jadilah Pingkan meminjamkan kartu miliknya untuk 'tap' masuk. Setelah menunggu akhirnya busway dengan rute yang ingin kami tuju datang. Pingkan dan Ana langsung duduk di kursi dan gue berdiri di depan mereka karena katanya cowok gak boleh duduk disitu (?).

"Eh, lu jangan duduk. Ini khusus buat cewe,"ujar Pingkan.

"Yaudah sih gue berdiri aja," my answer to her.

Tak lama kemudian muncul suara gaib nan mistis.

"Mas.. mas.. maaf mas. Berdirinya jangan disitu karena itu area khusus wanita!"

Duh, akhirnya gue kena tegor cash keras (bukan dari KPR Maybank) juga dari petugas busway. Maklum agak norak. Namanya juga baru dua kali. Tak lama kemudian muncullah drama ala FTV.

"Eh den, gue sama Ana kan turun di Dukuh Atas. Lu turun dimana? Kalo gak turun di Harmoni aja tar lu nyambung lagi sesuai rute lu,"kata Pingkan.

"Harmoni? Berarti bisa tembus ke Kota donk?"

"Iya bisa, emang lu turun di Kota?"

"Iya bisa kalo turun disana. Abis itu naik Go.. (sponsor mulai berdehem)."

"Oke, gua sama Ana kan mau turun. Nanti disana lu minjem kartu ya ama orang biar lu bisa keluar dari halte,"katanya lagi.

WHHAATTT! Itulah yang ada di pikiran gue.

"Gak papa koq. Mereka kalo tap keluar gak kepotong duit lagi. Gue dulu pernah begitu juga," sambungnya.

Salah satu halte TransJakarta (sumber: www.wikimedia.org)
Salah satu halte TransJakarta (sumber: www.wikimedia.org)
Weleh, gue kan orang norak dan 'takut' juga sih karena emang super jarang pake banget naik busway. Akhirnya momen itu pun tiba. Pingkan dan Ana turun di Dukuh Atas dan kami berpisah. Jadilah gue sendirian dengan rasa bimbang, takut, cemas, resah, gelisah dan deg-degan layaknya wanita yang sudah tiga minggu tidak mens.

Di perjalanan banyak orang naik dan turun. Mata gue pun tajam mencari mangsa. Akhirnya tiba juga di stasiun Kota dan hampir semua orang turun. Gue pun celingak-celinguk dan jalan cepat sampai ketemu bapak-bapak yang juga lagi jalan cepet walaupun kami bukan sedang lomba jalan cepat dan Malaysia lah pemenangnya (Apaan sih. Wkwk).

"Pak maap, boleh minta tolong gak? Minjem kartunya donk biar saya bisa keluar. Tadi saya juga naik minjem kartu temen,"kataku tanpa banyak cingcong sambil menggunakan jurus melas.

"Oh iya. Jalan aja," jawab si bapak yang meskipun wajahnya kurang ramah tapi sepertinya hatinya tidak.

Kami sampai di gate dan si bapak mengeluarkan kartu saktinya untuk 'membebaskan' daku.

"Makasih banyak ya pak," ucapku yang hanya dijawab dengan anggukan dingin meski hatinya sepertinya hangat (sepertinya ya).

Cara masuk gate (sumber: megapolitan.kompas.com)
Cara masuk gate (sumber: megapolitan.kompas.com)
Dan beneran deh, gue noraknya amit-amit. Setelah gue ikutin jalan keluar gue baru tau kalo pintu masuk halte busway Kota itu lewat bawah tanah! Padahal gue sering lewatin kalo lagi jalan dari arah flyover Jembatan Lima dan suka mikir "itu terowongan bawah tanah tembus kemana sih?"(Hahhah...Norak banget yak)

Sesuai skenario. Gue mesen "ojek onlen" dan pulang ke rumah dengan selamat sentosa. Huahahahhaha!

Intisari

Sebenarnya inti dari cerita diatas adalah.. tidak semua warga Jakarta merasakan fasilitas dari Pemprov DKI. Yah ini juga tergantung individu masing-masing sih, apalagi gue termasuk warga yang berorientasi pada "private riding" karena lebih nyaman dan cepat. Makanya gue uda jarang banget naik angkutan umum. Terlebih busway yang baru gue naikin dua kali, tahun 2007 dan 2017 (sedekade sob..).

Yes. This a real story from one of warga Jakarta yang sedikit norak. Sebagai penutup cerita, kebetulan tempat tinggal saya tak jauh dari Kalijodo (yang kita semua tahu masa lalunya, namun masa lalu biarlah masa lalu *dangdut oplosan*). So, setiap kali ditanya saya tinggal dimana selalu saya jawab "Dekat Kalijodo".

Perubahan status Kalijodo kini membuat saya bangga menyebutnya, khususnya untuk orang-orang yang kurang familiar dengan daerah saya tinggal (siapa sih yang tau jelambar fajar atau teluk gong. Zzz). And you know what? Saya sendiri belum pernah ke RPTRA Kalijodo! Dari soft opening sampe grand launching yang ngundang ibu Mega yang bikin jalanan macet dan ditutup itu gue sama sekali belum menginjakkan kaki disana meski tiap hari ngelewatin sampe bosen.

Jangan tanya apa pernah ke Kalijodo 'yang dulu'. Gue adalah salah satu nasabah prioritas dan uda dapet Platinum Member Card (wkwkwk.. just kidding). Jadi, gak semua warga Jakarta itu menikmati fasilitas dari Pemprov, yah khususnya untuk gue warga kelas menengah ke.. atas atau bawah yah, hhmmm...

Akhir kata, bagi Anda yang tinggal dan beraktifitas di ibukota, jangan lupa rajin naik busway dan main-main ke Taman Kalijodo yah. Jangan sampai kurang piknik di kota sendiri.

Salam...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun