Mohon tunggu...
Denny Subagio
Denny Subagio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Akuntansi UPN Veteran Jakarta

Seorang yang suka dunia aviasi, otomotif, dan game.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengapa Pesawat Komersial Supersonik Gagal?

10 September 2022   00:38 Diperbarui: 10 September 2022   00:47 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcin Wichary, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons

Tahun 1947 pertama kali sebuah kendaraan buatan manusia menembus kecepatan suara. Chuck Yeager dengan pesawat Bell X-1-nya berhasil menembus 1,100km/jam. Penerbangan yang memecah rekor ini akan mendorong proyek-proyek supersonik di masa yang akan mendatang. Baik untuk pesawat tempur maupun nantinya, pesawat komersial.

Pada tahun 1960-an, berbagai negara mulai melakukan riset tentang pesawat komersial supersonik. Eropa dengan Aerospetiale Concorde-nya, Uni Soviet dengan Tupolev Tu-144, dan Amerika Serikat dengan Boeing 2707. Namun sayangnya, dari ketiga pesawat yang dirancang, hanya dua yang berhasil terbang dan mengangkut penumpang. Eropa dengan Concorde-nya dan Uni Soviet dengan Tu-144-nya. Boeing 2707 diberhentikan proyeknya oleh pemerintah Amerika Serikat karena berbagai macam hal.

Dari eksteriornya, Tu-144 dan Concorde secara desain cukup mirip satu sama lain. Keduanya untuk sebuah pesawat supersonic mengandalkan sayap yang memiliki desain "main aman" jika dibandingkan dengan Boeing 2707 yang mengandalkan sayap "swing-wing". 

Begitu pula dengan kapasitas penumpang dan kecepatannya. Tu-144 dan Concorde sama-sama didesain untuk terbang di kecepatan 2,000km/jam dan dengan kapasitas 100-150 penumpang. 

Di sisi lain, Boeing 2707 di spesifikasi awalnya diharapkan dapat menyentuh kecepatan 3,000km/jam dengan membawa 300 penumpang. Angka yang tinggi, apalagi dibandingkan dengan pesawat lain dari Aerospetiale dan Tupolev.

Apa itu sayap "swing-wing"?

Sayap "swing-wing" adalah jenis sayap yang memungkinkan seorang pilot untuk mengatur posisi dari "sapuan" sudut sayap pesawat yang dia kemudikan. Semakin ke depan posisi sayap, semakin mudah pesawat untuk dikendalikan, namun posisi sayap ke depan juga menambah gesekan pesawat dengan udara yang berakibat mengurangi kecepatan dan efisiensi. 

Sedangkan, jika posisi sayap ke belakang, pesawat akan jauh lebih efisien namun akan lebih sulit untuk dikendalikan. Itulah sebabnya awalnya Boeing memilih untuk memasang sayap jenis ini di pesawat 2707-nya.

USAF, Public domain, via Wikimedia Commons
USAF, Public domain, via Wikimedia Commons

Namun, selain mahal, jenis sayap ini juga berat dan sulit untuk diproduksi. Hal ini mengakibatkan Boeing untuk mendesain ulang pesawatnya dan menginkorporasikan jenis sayap yang digunakan oleh Tu-144 dan Concorde ke pesawat mereka, yaitu "Delta Wing".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun