Mohon tunggu...
denny septiviant
denny septiviant Mohon Tunggu... Politisi PKB

Human right defender | progresive rock | Nahdliyin | photography enthusiast | Aikido practical

Selanjutnya

Tutup

Music

Festival Jazz Tak Lagi Murni - Dan Mungkin Memang Tak Harus

14 Juli 2025   20:31 Diperbarui: 14 Juli 2025   20:31 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: IG Prambanan Jazz Festival

  • Montreux mengundang Deep Purple dan Meshuggah, North Sea Jazz memberi ruang untuk King Crimson. Lalu kenapa Prambanan Jazz tak boleh melakukan hal yang sama?

Di sela riuhnya sore dan lelah yang belum pulih sepulang kerja, saya mendapati linimasa ramai memperdebatkan satu hal: "Festival jazz kok gak ada jazz-nya?"

Pemicunya: kritik dari musisi jazz legendaris, Mas Indra Lesmana, terhadap Prambanan Jazz. Baginya, festival yang mengusung label "jazz" kini justru jarang memberi ruang bagi musisi jazz itu sendiri. Kritik ini bukan tanpa alasan. Jazz---dalam esensi aslinya---lebih dari sekadar aliran musik. Ia adalah laku hidup yang menuntut kebebasan, ekspresi, dan eksplorasi.

Namun, sebagai teman dari Anas Alimi, promotor di balik Prambanan Jazz (juga JogjaROCKarta !) , dan sebagai penikmat musik lintas genre, saya merasa perlu menuliskan sisi lain dari cerita ini. Tidak untuk membantah kritik Mas Indra, tapi untuk memperluas cara kita memandang festival musik hari ini.

Ada fakta menarik dari berbagai Festival Jazz di Panggung Dunia: banyak festival jazz kelas dunia pun sudah lama tidak hanya diisi jazz "murni". Ambil contoh Montreux Jazz Festival (Swiss) yang pernah mengundang Deep Purple, Radiohead, Prince, Jeff Beck, Toto, Yes dan bahkan Meshuggah---band prog-metal asal Swedia yang tampil di Montreux Jazz Lab tahun 2016. Deep Purple bahkan merilis rekaman live mereka di Montreux Jazz Festival berjudul "Live at Montreux 1996". Terdiri dari 2 keping berbentuk CD dan DVD Yang berisi  rekaman di tahun 1996 dan 2000 (dirilis 2006). Sementara Steve Vai sebagai icon virtuoso gitar pernah tampil sebagai headliner di Rio Montreux pada 2019. 

North Sea Jazz Festival (Belanda) juga tak segan mengundang nama-nama seperti King Crimson (grup prog-rock) yang membawa symphonic improvisation ke North Sea Jazz pada 12 Juli2003, lewat set dari album The Power to Believe.  

Sementara Snarky Puppy, grup fusion modern, tampil dua kali di Montreal (Jazz Festival 2015 & 2023), membuktikan kesinambungan musik crossgenre dalam semangat jazz.

Apakah festival-festival itu kehilangan jiwanya? Menurut saya sih "Tidak". Mereka justru menjadi magnet global karena mampu menyatukan eksplorasi artistik dan relevansi pasar, tanpa kehilangan kompas.

Kita tak bisa menutup mata bahwa industri musik hari ini hidup dalam tekanan besar: ongkos produksi yang naik, shifting audiens, dan sponsor yang semakin berhitung.

Mengundang musisi pop atau rock bukan berarti menyingkirkan jazz, tapi bisa jadi justru cara agar festival tetap hidup dan tetap bisa memberi ruang bagi jazz.

Dan menariknya, Indra Lesmana sendiri adalah musisi yang aktif menjembatani lintas genre. Ia membentuk grup ILP (Indra Lesmana Project) yang pernah tampil dua kali di JogjaROCKarta, festival rock / metal yang juga digagas oleh Anas Alimi---event saudara dari Prambanan Jazz. Di panggung JogjaROCKarta, ILP membawakan aransemen fusion yang berani, mempertemukan jazz, rock, dan elemen eksperimental dalam satu napas. Saya mencatat dan menyaksikan mereka main di tahun 2018 sebagai band pembuka raksasa thrashmetal Megadeth dan di tahun 2019 sebagai band pembuka Extreme dan Power Trip. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun