- Suatu malam di Padel District Ciputat + Galeri Lukisan
Oleh Denny JA
Jumat malam, 12 September, pukul 22.00. Di Padel District Ciputat, lampu sorot berwarna hangat menembus kaca bening lapangan.
Di salah satu court, sebuah keluarga kecil bermain penuh keriangan. Pasangan muda, ayah dan ibu, bersama anak mereka yang baru berusia sebelas tahun.
Tawa si anak pecah setiap kali raket mungilnya berhasil mengembalikan bola. Ia berlari, menabrak pelukan ibunya, lalu berceloteh:
"Ma, aku menang poin dari Papa!"
Tak jauh dari situ, di tiga lapangan lain, suasana berbeda. Lebih dari dua puluh orang berkumpul. Sepuluh pasangan yang sebelumnya saling asing, kini menjadi lawan sekaligus kawan.
Mereka dipertemukan lewat aplikasi, dipandu oleh seorang EO amatir. EO itu sudah mem-booking lapangan jauh hari, lalu menjual slot permainan dengan margin lumayan.
Malam itu, mereka menggelar kejuaraan kecil-kecilan. Tidak ada panggung, tidak ada penonton resmi. Tapi sorak-sorai mengalir deras antara mereka, seolah dunia luar tidak ada.
Di luar lapangan, di sofa depan Kafe Nomu, sekelompok pengurus klub berdiskusi serius. Aroma espresso bercampur dengan keringat para pemain. Dari pengeras suara, gitar akustik lokal mengalun pelan.
Mereka melihat jadwal sewa yang padat, lalu merancang strategi baru.