Kita selalu butuh pantulan agar permainan berlanjut. Dari pantulan itulah lahir tawa, persahabatan, lobi, karya seni, dan mungkin, sebuah bangsa yang lebih kohesif.
Padel pada akhirnya adalah simbol zaman baru: manusia yang lelah dengan kesendirian digital, mencari ruang nyata untuk tertawa, berkompetisi, dan berhubungan tanpa sekat status.
Ia bukan sekadar olahraga, bukan sekadar bisnis, melainkan sebuah budaya yang menyatukan tubuh, jiwa, dan sosial, menjadikan pantulan bola sebagai pantulan hidup.
Padel adalah metafor: manusia hanya bisa hidup penuh bila hidupnya dipantulkan kembali oleh orang lain.***
Jakarta, 13 September 2025
REFERENSI
*Lloret, Jorge. Building Padel Clubs: From Business Model to Social Hub. Barcelona: Padel Books, 2022.
*Crespo, Miguel & ngel F. Jimnez. Padel: A Comprehensive Guide to History, Techniques, and Training. Madrid: Editorial Deportiva, 2021.
-000-
Ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA's World
https://www.facebook.com/share/p/1B9DLwAF5Q/?mibextid=wwXIfr