Mohon tunggu...
M.Denny Elyasa
M.Denny Elyasa Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Kebijakan dan Penulis

Analis Kebijakan pada Setwan Prov.Kep. Bangka Belitung . Aktif menulis opini dan esai khususnya mengenai kepariwisataan dan SDM.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Literasi Net Zero Emissions: Pentingnya Membangun Pemahaman Masyarakat

7 Oktober 2021   12:31 Diperbarui: 7 Oktober 2021   17:34 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Literasi ke Perilaku

Keberhasilan Net-Zero Emissions baik di Indonesia atau pun di seluruh dunia akan tergantung dari seberapa besar peran serta masyarakat di dalamnya. Jika kita bicara Net-Zero Emissions tidak hanya dalam konteks pengaruh terhadap lingkungan akibat industri dalam skala besar,  tapi juga diakibatkan oleh perilaku harian masyarakat.

Literasi mengenai Net-Zero Emissions menjadi penting dan perlu dilakukan sedari dini dalam lingkungan masyarakat untuk membentuk kesadaran komunitas. Pemahaman yang berjenjang perlu di mulai dari keluarga sebagai strata terkecil dalam struktur masyarakat hingga tatanan tertinggi. 

Kesadaran komunitas yang terbentuk akan menjadi kekuatan besar dan akan memberikan dampak yang signifikan pada tata kelola emisi di Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki potensi dan kesempatan untuk berkontribusi pada program Net-Zero Emissions

Menurut sensus BPS 2020 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa yang 64,69%  didominasi oleh generasi milineal hingga Post Gen Z dimana mayoritas mereka sudah melek IT. 

Indonesia pada 2030-2040 diperkirakan akan mendapatkan bonus demografi, potensi SDM yang besar tersebut dapat menjadi “tulang punggung” literasi di Indonesia khususnya terkait isu Net-Zero Emissions. Bisa dibayangkan besarnya dampak positif yang dapat dihasilkan.

Mari kita ambil contoh hal kecil dan sederhana di lingkungan masyarakat atau rumah tangga sehari – hari yang dapat memberikan dampak baik bagi lingkungan, misalnya penggantian lampu pijar, lampu neon atau neon kompak (CFL) disebut ‘lampu hemat energi (LHE)’ dengan lampu LED (Light Emitting Diode). Lampu LED menurut para ahli memiliki kelebihan antara lain hemat energi, daya tahan lama dan ramah lingkungan.

Dikutip dari ehow.com lampu LED memiliki masa hidup 60.000 jam apabila dibandingkan dengan lampu neon yang hanya 10.000 jam. Bohlam LED hanya menggunakan sekitar setengah watt dari lampu CFL, atau sekitar 6 watt daya dibanding daya 14 watt untuk bola lampu CFL. 

Bohlam LED dengan masa hidup 60.000 jam hanya membutuhkan sekitar 340 kilowatt jika dibandingkan dengan bola  lampu CFL yang digunakan selama 60.000 jam (6 lampu) maka akan menggunakan listrik sekitar 840 kilowatt. 

Kesimpulannya penggunaan bola lampu LED sangat efisien dan murah. itu baru dari pergantian lampu, bagaimana kalau kita melakukan penghematan dalam penggunaan AC, televisi dan alat elektronik lainnya di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun