Parit Bugis, Muar Johor (28/1) pada sore hari, sorot cahaya matahari masuk  pada celah-celah bangunan kayu bernuansa Jawa yang kerap disebut Keraton Mbah Anang. Sayup-sayup suara perkenalan dan hitungan irama diserukan untuk memulai sesi Latihan tari Jawa. Ya, hari itu adalah hari pertama pelaksanaan pelatihan tari atau bengkel tari (dance workshop) yang diselenggarakan oleh Persatuan Jawa Parit Bugis, Johor bersama perkumpulan seni Gamelan Nadasukma. Kegiatan tersebut diisi oleh tim Grha Taya Candrakirana yang berasal dari Batam, Kepulauan Riau. Kali ini, bengkel tari menyajikan 2 gaya, yakni gaya Yogyakarta dan Surakarta. Adapun materi repertoar yang dilatih adalah Beksan Sekar Pudyastuti Jugag (karya KRT.Sasmintadipura) untuk gaya Yogyakarta, dan Beksan Gambyong Pareanom (karya S.Ngaliman Tjondropangrawit) untuk gaya Surakarta. Namun, dalam kegiatan di lapangan ternyata antusiasme peserta datang juga dari 2 peserta kanak-kanak usia Sekolah Dasar, sehingga tambahan materi seperti Nawung Sekar (Yogyakarta) dan Rantaya Alus I (Surakarta) diajarkan sesuai dengan kriteria usia mereka.
Kedua materi tari ini disusun dalam bentuk silabus pembelajaran yang detail mencakup tahapan latihan mulai dari olah tubuh, teknik gerak dasar tari 2 gaya, sampai materi masing-masing tari yang dikelompokan dalam enam kali pertemuan. Properti tari (dance property) berupa sampur menjadi wajib dikenakan pada hari pertama hingga hari akhir pelaksanaan bengkel tari. Pengetahuan tentang istilah selendang yang disebut sampur/ sonder/ udhet juga dibagikan sehingga peserta memahami bahwa menari Jawa memiliki dance property khusus yang tidak disebut sebagai selendang. Selain itu, teknik permainan sampur seperti seblak, kipat, dan kebyok juga memperkaya khazanah pengetahuan peserta bengkel tari.
(29/1) Hari kedua pelaksanaan Bengkel Tari dimulai sore hari dengan materi sesuai silabus. Gerakan tangan seperti ngithing, njempurit, ngruji (Yogyakarta) / ngrayung (Surakarta) sudah menjadi asupan materi awal, sehingga di sesi lanjutan melatih cara gedrug, sendi, nglawe asta, ngancap, nyamber, tinting (Yogyakarta), dan debeg gejug, pangkat trisig, ogek lambung, magak (Surakarta). Jika dicermati materi Beksan Sekar Pudyastuti Jugag dan Beksan Gambyong Pareanom bukan repertoar tari yang mudah dipelajari dalam waktu singkat. Namun, pemilihan tari ini sebagai materi ajar adalah irama dinamis yang terdapat pada koreografinya, sehingga bagi awam yang baru petama kali mengenal tari Jawa jauh dari rasa jenuh.
Jumlah peserta bergabung terbilang cukup banyak, sebab tak hanya jumlah yang menjadi indikator keberhasilannya namun asal daerah peserta cukup membuat bersyukur. Peserta mayoritas berasal dari bandar (kota) seperti Kuala Lumpur, Selangor, Bangi, dan Batu Pahat. Jarak tempuh masing-masing daerah peserta ke lokasi kegiatan memerlukan waktu yang lama, sekitar 3 hingga 4 jam perjalanan menggunakan kereta (mobil). Hanya peserta asal Batu Pahat yang bisa menempuh perjalanan lebih singkat sebab masih berada di Kawasan negeri Johor.