Mohon tunggu...
Dennis Baktian Lahagu
Dennis Baktian Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Penghuni Bumi ber-KTP

Generasi X, penikmat syair-syair Khairil Anwar, fans dari AC Milan, penyuka permainan basketball.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Duka Kanjuruhan Malang, Duka Kita, Duka Dunia, Semoga Tragedi yang Terakhir Terjadi

5 Oktober 2022   15:43 Diperbarui: 5 Oktober 2022   17:34 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gate 13 Stadion Kanjuruhan, Malang. | Foto: bola.kompas.com

Kejadian di Stadion Kanjuruhan  malam itu sekejap menjadi trending. Sampai dengan tanggal 4 Oktober 2022, tercatat 131 orang meninggal dunia dalam tragedi tersebut. 

Jumlah yang tidak sedikit. Presiden Joko Widodo sampai bereaksi keras dan menyerukan penghentian Liga 1. "Khusus kepada Kapolri saya minta melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini," demikian salah satu penggalan instruksi Presiden.

Peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan mengundang reaksi yang sama dari mancanegara. Presiden FIFA mengatakan "This is a dark day for all involved in football and a tragedy beyond comprehension. I extend my deepest condolences to the families and friends of the victims who lost their lives following this tragic incident." 

Sejumlah klub-klub besar dunia juga menyampaikan rasa keprihatinan mereka dan rasa duka yang mendalam atas korban meninggal sebagaimana dirilis dalam laman resmi masing-masing.

Tentu saja tragedi Kanjuruhan sama sekali tidak pernah kita harapkan, bahkan bayangkan, terjadi. Kesigapan petugas menangani supporter yang turun kelapangan menjadi sorotan. Apakah memang sudah dibenarkan untuk memakai gas air mata dalam stadion? Bahkan diarahkan ke tribun yang mana supporter terlihat baik-baik saja disana?

Belum lagi sejumlah rekaman video amatir yang memperlihatkan tindakan petugas yang mendorong, memukul dan menendang para penonton seolah sedang melakukan latihan bela diri? SOP nya emang kek gitu, kata si Polan. Kekerasan polisi dan aparat lainnya patut mendapat koreksi dan investigasi.

Kemudian yang juga menyimpan segudang tanya yang harus dijawab adalah persoalan kapasitas stadion yang hanya mampu menampung 36.000 orang. Namun tiket terjual diberitakan sebanyak 42 ribu lembar. 

Apa mungkin seorang supporter klub sekelas Arema FC membeli tiket dan kemudian menonton pertandingan dari siaran live di televisi? Atau apa mungkin tiket tersebut bukan untuk dipakai menonton di stadion tapi dijadikan surprise untuk ketemu pacar? Sudah pasti, malam itu Stadion Kanjuruhan bagaikan sebuah truk yang kelebihan muatan. Lalu mengapa panitia pelaksana membiarkan hal itu terjadi? Atau memang disengaja?

Di samping itu, koordinasi antar lini penyelenggara kurang terjalin baik. Panitia pelaksana seperti merasa kalau petugas pengamanan dari Polri dan TNI bukan satu tubuh dengan mereka malam itu. 

Panpel seolah beranggapan anggota Polri dan TNI sudah paham bagaimana mengamankan perusuh. Padahal ini pengamanan pertandingan sepakbola lho, bukan pengamanan acara kenegaraan yang dihadiri pejabat negara. Atau menurut Panpel itu sama saja? What?

Pertandingan sepakbola yang diselenggararkan di negara-negara anggota FIFA mengacu pada rule of game nya FIFA. Ada banyak peraturan teknis tertulis disana. Mereka yang hidup dan darahnya mengalir dalam dunia sepakbola paham betul akan peraturan FIFA tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun