Mohon tunggu...
Den Mas Vic
Den Mas Vic Mohon Tunggu... Sales - Indah Karena Benar

Nostalgiaers

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Influencer dan Influenza

13 Januari 2021   17:49 Diperbarui: 13 Januari 2021   17:52 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi influencer, sumber gambar : aestheticmed.co.uk 

Hari ini, Rabu 13 Januari 2021, sejumlah influencer - nama yang tidak saya dapat padanannya dalam bahasa Indonesia - mendapatkan jatah prioritas suntik vaksin. Mereka masuk dalam kategori masyarakat umum yang diprioritaskan untuk menerima lebih dulu vaksin COVID-19. Jalan yang ditempuh ini  sebagai bagian dari strategi komunikasi pemerintah lantaran banyak orang masih meragukan keampuhan dan kesaktian vaksin ini. Influencer, kata yang kini menjadi rujukan bagi generasi jaman ini dan sudah seharusnya dipertimbangkan menjadi sebuah profesi. Lalu apa sih istimewanya  influencer  ini, sehingga pemerintah begitu memprioritaskan mereka sebagai kelompok awal yang menerima vaksin selain tenaga kesehatan. 

Merujuk dari Indonesia Influencer Marketing Report H1 2020 yang dikeluarkan oleh GetCraft, lembaga kreatif yang menjadi rumah bagi para konten kreator, influencer adalah peluang investasi baru bagi sebuah jenama untuk membesarkan produknya. Dengan pendekatan yang disebut native advertising para influencer ini membangun strategi bercerita dengan para khalayaknya dalam format yang santai dan terlihat seperti aktivitas harian.

Tangkapan layar laporan Getcraft
Tangkapan layar laporan Getcraft

Masih dalam laporan yang sama, pada kwartal pertama (Q1) Januari - Maret, tren penggunaan influencer untuk beriklan mengalami penurunan namun sejak kwartal kedua (Q2) April -Juni hingga akhir tahun angka penggunaan jasa influencer ini sebagai strategi mengenalkan produk semakin bertambah tinggi. Untuk diketahui bahwa industri farmasi menjadi industri dengan volume iklan terbanyak dari 10 industri yang disurvei  dan Instagram adalah wadah media sosial yang terbanyak yang digunakan industri untuk memakai jasa influencer setelah Twitter, Youtube, Tik Tok dan Facebook.

Saling Mempengaruhi

Secara bahasa influencer berasal dari kata bahasa Inggris yaitu influence yang artinya adalah pengaruh. Jadi influencer bisa diartikan sebagai orang yang memberikan pengaruh. Dalam istilah pemasaran, influencer diharapkan punya kekuatan untuk mempengaruhi khalayaknya untuk memilih dan membeli sebuah produk.  

Kata influenza berasal dari bahasa Italia yang memiliki arti yakni "pengaruh", hal demikian ini merujuk  pada penyebab penyakit ini, yang dimana pada awalnya penyakit ini disebabkan oleh pengaruh astrologis yang kurang baik.  Dalam perubahannya yang terpengaruh pendapat media nama ini dimodifikasi menjadi "Influenza Del Freddo", yang memiliki arti yakni "Pengaruh Dingin". 

Seperti halnya slogan Cak Lontong, "nama membawa rasa" demikian pulalah influencer dan influenza ini seolah ditakdirkan untuk saling melengkapi dan mempengaruhi. Mereka sama-sama miliki kesamaan, keduanya memilki kata flu dan arti yang bernuansa sama yakni pengaruh. Kecepatan dan daya sebar luas yang bisa dilakukan oleh influenza ini mungkin yang mengilhami pemerintah kita untuk menjadikan influencer sebagai pemberi pengaruh, pembawa kabar dan penanaman ideologis. Influencer sejatinya diharapkan menjadi contoh, influencer bukanlah melulu selebritas yang terlihat gemebyar.  Lebih dari itu, influencer haruslah menjadi virus positif yang sanggup melawan virus negatif korona ini.

Pastinya pemerintah tidak sembrono memilih para influencer ini, bayangkan pemerintah pasti siang dan malam melihat dan mencermati para influencer ini sehingga benar-benar menjadi contoh bagaimana dogma 3M (memakai masker, menjaga jarak dan menhindari kerumunan ) diterapkan oleh mereka. Mereka tentu lahir dan batin sudah meresapkan dogma ini  layaknya sebuah ideologi kebangsaan. 

Kini, sang vaksin telah disuntikkan ke dalam tubuh mereka. Kita semua berharap di tengah ketidakyakinan sebagian besar masyarakat akan vaksin ini, sang pembawa pesan benar-benar melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Bahwa semua akan baik-baik pada akhirnya, bahwa selalu ada harapan di setiap kegelapan. Sang pembawa pesan teruslah maju, inilah pembuktian sesungguhnya kalian, bahwa pada akhirnya tujuan akhir di dunia tidak hanya sebatas ad sense.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun