Karya : Utuy Tatang Sontani
Edisi : Cetak. 2
Penerbitan : Jakarta, Balai Bustaka Tahun 2002
ISBN : 979 - 666 - 664 - 2
Kilas Biografi Penulis:
Utuy Tatang Sontani dilahirkan di Cianjur pada tanggal 1 Mei 1920. Dramawan berdarah Sunda ini kelak di kemudian hari dikenal sebagai salah seorang sastrawan Angkatan 45 terkemuka. Karyanya yang pertama adalah Tambera (versi bahasa Sunda 1937), sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan Maluku pada abad ke-17. Karya-karya Utuy sejak awal memang selalu mencerminkan kecenderungan pikiran-pikirannya yang sangat rasional (penganut paham materialisme), menolak kekolotan dan menentang “idealisme-idealisme” yang tidak realistis tetapi juga dikenal sebagai penulis yang humanis. Dalam beberapa karya-karya (seperti Sayang Ada Orang Lain, Awal dan Mira, Bunga Rumah Makan) selain mencibir moralitas dan dogma agama, yang dimunculkan lewat tokoh-tokoh ustad. Utuy juga menentang dan melakukan pembelaan terhadap tokoh-tokoh yang mengalami eksploitasi secara stratifikasi sosial dan mereka yang menjadi korban ketidakadilan (manusia-manusia marjinal) yang dilakukan oleh orang-orang kaya. Lakon-lakon tersebut mengaris bawahi dampak-dampak psikologis orang-orang marjinal tersebut akibat tekanan dan himpitan materi tetapi di sisi lain, juga menegaskan pentingnya harkat kemanusiaan.
Sinopsis :
Cerpen ini bercerita tentang kehidupan sepasang suami istri ( Mini dan Suminta ) yang dilumuri dengan kemelaratan, pendapatan yang di peroleh oleh ( Suminta ) tidak bisa mencukupi kehidupan sehari-hari mereka. Disuatu waktu Mini ( Istri Suminta ) mulai berfikir ingin membantu kondisi perekonomian keluarga mereka yang kekurangan itu. Tiba-tiba saja H. salim datang memberikan kabar kepada Suminta bahwa istrinya telah melakukan perbuatan yang dilarang agama, suminta yang sebelumnya tidak terfikirkan buruk tentang sosok istrinya seketika marah dan merasa kecewa. Yang benar-benar membuat marah adalah, ada andil Hamid dalm perbuatan tidak baik istrinya itu. Sebelumnya hamid memang sudah menyarankan Suminta untuk mengambil jalan pintas dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya agar keluarganya terselamatkan. Namun tidak disangka ternyata Hamid telah mempengaruhi istrinya untuk mengambil jalan pintas juga.
Pertengkaran hebatpun terjadi antara Suminta dan Mini sampai-sampai Suminta memutuskan untuk meninggalkan Mini seorang diri. Namun tiba-tiba datang H salim datang bukannya untuk mererai namun membuat panas pertengkaran mereka. Dengan berat hati pertengkaran itu di akhiri dengan perginya Suminta meninggalkan Mini seorang diri.