Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mulutmu Harimaumu Masih Bertuah Loh di Era Digital

25 Januari 2023   11:58 Diperbarui: 25 Januari 2023   12:04 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jaga ucapanmu. Jaga sikapmu di mana pun berada. Karena mulutmu harimaumu."

Demikian nasihat yang diberikan orang tua kepada saya senantiasa tanpa ada bosannya. Karena dari ucapan dan perilaku gegabah yang kita lakukan bisa membuat celaka diri. Begitu pesan dan nasihat orang tua yang saya pegang teguh hingga kini.

Kini? Iya, setelah memasuki era digital. Yang mana segala sesuatu dilakukan dengan menggunakan smartphone atau alat elektronik lainnya sebagai bagian dari teknologi. Tak hanya komunikasi tapi juga gerak-gerik dan perilaku diri. Semuanya bisa diketahui dan tersebar luas berkat teknologi.

Oleh karenanya ketika seseorang tersandung masalah akibat status yang ia tulis di media sosial, atau akibat foto dan gambar yang ia unggah. Maka pepatah Jarimu Harimaumu mengganti pepatah lama Mulutmu Harimaumu. Demikian yang diserukan sebagian orang sebagai pengingat diri.

"Sekarang sih yang dijaga bukan mulutnya. Tapi jari-jarinya. Tolong dijaga agar jangan salah ketik."

Memang benar demikian yang terjadi sekarang ini. Jadi memang harus hati-hati memainkan jari-jari saat menggunakan media sosial. Sebab sudah banyak contoh orang berkasus akibat ujaran kebencian yang ia sebarkan di media sosial.

Lalu bagaimana nasib pepatah lama Mulutmu Harimaumu?

Bagi saya sih tetap harus dijaga. Karena masih bertuah loh. Saya menyaksikan sendiri bagaimana seorang kawan terlibat masalah berat dalam kehidupan rumah tangganya gara-gara ucapannya.

Semua berawal dari niat baik kawan saya yang ingin membantu seorang kawannya yang sedang kesusahan. Dia turut membantu kawannya mengurus pemakaman suami si kawan yang meninggal akibat covid-19.

Beberapa hari setelahnya si kawan yang baru berdukacita justru terkena covid-19 juga. Dalam masa isolasi si kawan memesan makanan secara online melalui kawan saya yang memang memiliki usaha online.

Semua terlihat biasa saja. Namanya pertemanan tentu saling membantu. Suatu ketika kawan yang jadi single parents tersebut mendapat perlakuan tak baik dari kerabatnya. Kebetulan kawan saya sedang berada di sana untuk urusan transaksi keuangan.

Melihat kejadian semacam itu kawan saya coba menengahi keributan tersebut dengan spontan mengatakan bahwa ia calon suaminya. Jadi jangan macam-macam dan mengganggu lagi. Dan ampuh. Sejak itu tak ada gangguan lagi.

Namun sejak itu juga kawan saya terjerat dengan ucapannya sendiri. Si kawan yang ditolongnya mengartikan lain ucapannya tersebut. Dianggap serius dan bukan main-main. Sehingga dia mendekati kawan saya sedemikian rupa yang menjurus nekad.

Sejak itu kawan saya berusaha menghindari komunikasi dengan si kawan perempuan tersebut karena takut. 

Ternyata kawan perempuan tersebut orangnya nekad. Dia sudah jatuh hati dengan kawan saya dan mengejar-ngejar sedemikian rupa.

Bahkan sampai berani datang ke rumah kawan saya. Untungnya si kawan perempuan tersebut dikenal juga oleh orang rumahnya. Sehingga tidak terlalu mencurigakan. Namun karena kawan saya tahu bagaimana si kawan perempuan tersebut. Maka dia merasa tidak tenang.

"Kok gue jadi kayak buron ya? Kemana-mana harus hati-hati khawatir ketemu. Gimana kalau istri dan anak gue sampai tahu?"

"Lha, kamu kenapa sampai ngucap begitu waktu menolongnya?" tanya saya.

"Ya, biar cepat selesai dan enggak ganggu lagi. Niat gue cuma gitu. Membantu. Ternyata gue yang kena batunya."

Saya hanya bisa menarik napas. Menasihati agar dia sabar dan bisa bersikap tegas agar masalahnya tak berlarut-larut.

Ternyata pepatah Mulutmu Harimaumu masih bertuah loh di era digital. Ini buktinya. Jadi waspadalah. Ucapanmu bisa mencelakakanmu. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun