Perasaan senang yang saya isyaratkan dengan warna biru itu kembali merasuki kalbu. Manakala KOMiK mengabarkan bahwa artikel kami mengenai perfilman Indonesia akan dibukukan menjadi sebuah antologi.Â
Kenapa senang? Apa karena akan punya tulisan yang dibukukan? Oh, no, no. Saya sudah menulis beberapa buku kok. Meski belum banyak setidaknya saya sudah punya karya. Baik itu buku solo maupun antologi.Â
Khusus buku antologi, saya memang agak pemilih. Artinya tidak asal punya buku banyak sehingga semua yang terkait antologi diikuti. Makanya tidak semua ajakan untuk membuat buku antologi bisa saya sambut dengan suka cita. Bukan sok, belagu atau apalah. Ini hanya masalah prinsip dan idealisme saja sih.Â
Berbeda dengan pemberitahuan dari KOMiK. Tanpa tahu mekanismenya bagaimana dan seperti apa. Saya sudah tertarik. Sebab memang menarik dan unik. Mengulik ranah perfilman Indonesia yang skalanya nasional. Orang-orang filmnya sendiri pun belum tentu tertarik dan ingin membahas hal-hal mendalam mengenai perfilman Indonesia. Paling hanya segelintir.
Hal tersebut bagi saya sesuatu yang istimewa. Bisa mengetahui pandangan dan pendapat orang lain mengenai perfilman Indonesia dari segala sudut pandang. Menambah wawasan serta pengetahuan saya juga. Pokoknya projek buku antologi KOMiK itu good idea.
Namun di tengah keseriusan menggarap projek tersebut, datang kabar duka. Bapak Thamrin yang merupakan penulis senior dan bergabung juga dalam acara "Nobar Maraton" ternyata dipanggil yang kuasa.Â
Tepat dua Minggu setelah acara nobar tersebut beliau meninggal dunia. Kabar duka tersebut tak hanya mengejutkan kami yang belum lama merasakan kebersamaan. Tapi juga semua orang yang mengenalnya secara langsung atau tidak.Â
Saya saja yang baru mengenalnya secara langsung saat nobar itu merasa kehilangan. Merasa berduka. Apalagi yang lainnya. Berita ini benar-benar membuat haru manakala kita melihat foto kebersamaan dan keseruan nobar kala itu.
Tapi itulah hidup. Ada suka, ada duka. Ada tawa, ada tangis. Semua silih berganti. Bergantian saja setiap hari. Maka harus diterima dengan lapang hati.
Senang menjadi bagian dari KOMiK
Puncak keharu-biruan tersebut pada saat mengikuti perayaan KOMPASIANAVAL 2019. Selain KOMiK launching buku antologi yang diberi judul "Sinema Indonesia, Apa Kabar?" KOMiK juga mendapatkan beberapa pengharapan dalam acara tersebut.
Dan saya, saya yang paling tidak tertarik dengan door prize, give away atau apalah yang mengandalkan keberuntungan dari nomor absen dan nama kita. Kok ndilalahnya nama saya disebut sebagai salah satu penerima door prize. Oalaaah...