Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mendaur Ulang Singkong yang Keras agar Tak Mubazir

26 Juli 2019   21:46 Diperbarui: 27 Juli 2019   07:07 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai orang yang pernah merasakan tinggal di desa. Ketika sudah pindah ke kota kerap merindukan suasana waktu di desa. Seperti saat jalan-jalan pagi di pematang sawah, mandi di sungai, melihat ibu-ibu mencuci di sier (irigasi) dan makan singkong bakar yang langsung diambil dari kebun.

Untuk nostalgia dengan suasana desa sudah pasti tak bisa lagi. Sebab desa yang dulu ditinggalkan sudah berubah. Tak ada lagi sawah yang membentang luas tempat dulu bermain. Yang tampak kini bangunan kokoh dengan tulisan home industry. Para petani sebagian telah menjual sawahnya. Digunakan sebagai usaha home industri oleh si pembeli. 

Hal yang masih bisa dilakukan saat rindu dengan desa tercinta adalah membeli singkong. Lalu mengukus dan menikmatinya ditemani secangkir teh tubruk. Singkong kukus sebagai pengganti singkong bakar.

Masalahnya, tidak setiap singkong yang dibeli hasilnya bagus saat dikukus. Dari satu kilogram singkong yang dibeli, paling hanya satu atau dua batang yang empuk dan merekah. Selebihnya utuh tak berubah bentuk alias keras. Bahkan pernah satu kilogram singkong yang saya beli semuanya keras. Kesal? Tentu saja. Tetapi mau membuangnya begitu saja kok tidak tega. Mubazir kata ibu saya.

"Ingat, dibelahan bumi lain ada orang yang harus mengais-ngais tong sampah untuk mendapatkan makanan. Jadi jangan sembarang membuang-buang makanan."

Pesan almarhumah ibu selalu terngiang-ngiang manakala saya mendapati makanan yang tak mengenakan hati. Seperti singkong keras ini. Mau dibuang tidak tega. Mau dimanfaatkan, jadi apa juga. Bingung. Akhirnya terpikir untuk dibuat keripik saja.

Maka singkong  yang keras tersebut saya iris tipis-tipis. Disusun dalam baki atau nampan. Lalu dijemur sampai kering. Untuk proses menjemurnya bisa dua sampai tiga hari tergantung cuaca. Agar benar-benar kering. Sehingga bisa disimpan tanpa berjamur. 

dokpri
dokpri
Sebab singkong yang masih lembab akan menimbulkan jamur juga menjadi bau. Sia-sia dong sudah susah payah mengiris singkong akhirnya tak terpakai. Kalau jadinya dibuang juga, sejak awal saja dibuang. Tidak buang-buang tenaga.

Nah, singkong yang sudah kering tadi itu bisa langsung digoreng atau disimpan. Jadi menggorengnya kapan-kapan kalau sudah moodnya bagus. Saya sih suka penasaran dengan hasilnya. Enak atau tidak? Maka singkong yang sudah dijemur kering tadi itu saya goreng sebagian.

Hasilnya? Lumayan enak untuk cemilan. Kalau kata anak jaman sekarang keripiknya rasa original. Kalau mau sedikit ribet, bisa juga singkong yang sudah menjadi keripik itu dicampur dengan sambal balado dan diolah lagi. Rasanya lebih mantap. 

Sayang saya kurang suka pedas. Jadi lebih memilih rasa original saja. Enggak kalah enak dengan keripik singkong yang dijual itu kok. Bentuknya saja yang kurang tipis... hehehehe. Pokoknya asal mau mengolah jadilah makanan daur ulang. Tidak mubazir. Dan bermanfaat. (EP)

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun