Bicara tentang sedekah sebenarnya bisa dilakukan kapan saja dan dimana-mana. Sedekah yang baik seharusnya dilakukan secara diam-diam. Tak perlu terlihat oleh orang lain.
Apalagi secara terang-terangan. Dikhawatirkan ada terselip rasa riya yang bisa menghilangkan pahala dari sedekah itu sendiri.Â
Bukankah ketika tangan kanan memberi, tangan kiri tak boleh melihat? Istilah katanya.Â
Lalu bagaimana dengan pemberian takjil di jalan-jalan pada sore hari. Saat menjelang waktu berbuka puasa seperti yang marak dilakukan saat ini?
Ada pro dan kontra dari sedekah semacam ini. Bagi yang kontra hal ini perlu ditertibkan. Karena sangat menggangu arus lalu lintas. Jadi memberi angin segar bagi para pedagang asongan yang sesungguhnya dilarang beroperasi di jalan-jalan.
Bagi yang pro merasa biasa saja. Toh tidak setiap hari. Lagipula sangat bermanfaat bagi pengemudi yang sedang berpuasa. Jadi tak perlu bingung mencari minum untuk membatalkan puasa. Terutama bagi mereka yang sama sekali tak membawa apa-apa. Takjil yang mereka terima di jalan sungguh sangat berarti.
Hal-hal demikian yang membuat saya iyes saja terhadap sedekah yang dilakukan di jalan. Toh hal ini hanya dilakukan saat bulan puasa saja.Â
Saya sebagai pengendara motor merasakan sekali manfaat sedekah semacam ini. Jadi terbantu ketika terjebak macet dan tidak membawa air minum.
Saya sebagai orang yang pernah diposisi pemberi sedekah. Merasa senang karena takjil yang kita sedekahkan cepat habis.Â
Berbeda ketika kita bersedekah yang sama di daerah perkampungan. Ada saja yang menolak. Baik secara terang-terangan atau secara halus.Â