Sastra Klasik: Contoh Gurindam, Peribahasa, dan Syair
1. Gurindam Pasal KedelapanÂ
Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya
Kehidupan merupakan jalan untuk mencari sesuatu kebaikan sehingga akan di perlukan sebuah kejujuran. Pada gurindam di atas menyatakan jika kita bisa mengkhinati dirinya sendiri maka tidak ada keraguan lagi untuk bisa melakukannya kepada orang lain. Karena pada dasarnya untuk bisa menghargai diri sendiri harus bisa menghargai orang lain atau sebaliknya.
Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya
Kita sudah bisa lihat bagian atas bahwa segala sesuatu itu harus dimulai dari diri kita sendiri, baik itu kebaikan ataupun keburukan karena kita sendirilah yang mengendalikan semuanya. Oleh sebab itu jika kita menemukan orang yang telah menyia-nyiakan dirinya sendiri dengan melakukan perbuatan yang dianggap buruk maka kita harus bisa menjaga jarak dengannya bahkan kita jangan mudah percaya dengan apa yang dikatakannya atau yang diperbuatnya.
Lidah suka membenarkan dirinya
Dari pada yang lain dapat kesalahannya
Pada gurindam ini merupakan cermin dari hal di atas, karena terbukti dengan memperbudak diri sendiri akan mengakibatkan perbuatan buruk lainnya hadir dan tertanam pada hati kita. Ada pepatah yang mengatakan bahwa 'lidah itu lebih tajam dari pada sebilah pedang', karena itu akibat yang ditimbulkan lidah akan sangat menyakitkan. Setelah kita melakukan penganiayaan terhadap diri sendiri maka mulut ini akan membenarkan semua perkataannya sendiri pula sehingga akan timbul fitnah dan menyalahkan orang lain. Segala sesuatu yang dikerjakannya dianggap benar meski orang lain menilai salah.