Melalui uraian di atas, setelah membaca dan mengetahui corak cerpen "La Runduma", khususnya pengaruh konsepsi pengarang yang masih berdarah Buton, maka pendekatan sosiologi sastra  melalui teori sosiologi sastra akan digunakan untuk menganalisis cerpen ini. Dengan demikian ada tiga bagian terpenting dalam pendekatan sosiologi sastra. Pertama, perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisis sastra sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Kedua, perspektif biografis, yaitu peneliti menganalisis pengarangnya. Ketiga, perspektif reflektif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.
 Sinopsis Cerpen La Runduma Karangan Wa Ode Wulan Ratna
Cerpen La Runduma menceritakan seorang gadis keturunan sultan Buton bernama Johra. Ia terjerat ikut acara posuo karena dipaksa menikah dengan laki-laki yang sederajat oleh ayahnya. Ayahnya bernama Maulidun (salah satu pawang gendang dan dipercaya sebagai orang pintar). Maulidun tidak setujuh jika Johra menikah dengan La Runduma. La Runduma adalah laki-laki yang dicintai Johra. Hal ini karena La Runduma bukan laki-laki tampan dan bekerja serabutan.
 Posuo adalah ritul adat Buton yang diperuntukan untuk anak gadis Buton. Sebuah upacara pingitan yang harus dilalui Johra karena ia telah gadis yang siap untuk dinikahkan. Selain Johra ada beberapa anak gadis yang mengikuti upacar adat ini. Riwa, salah satu peserta posuo yang satu suo (ruang tidur peserta/kamar) dengan Johra ternyata memiliki hubungan dengan La Runduma.
Â
Pada malam posuo, La Runduma datang menemui Riwa untuk menyelesaikan urusannya dengan Riwa. Ia menyampaikan maksudnya dan memberikan apa yang diinginkan oleh Riwa. Usai itu, ternyata gendang Maulidun pecah. Menurut mitos jika ada gendang pecah maka ada yang tidak perawan dari peserta posuo. Maulidun menyangkan anaknyalah yang tidak perawan karena di hari terakhir La Runduma melarikan Johra.
 Aku masih perawan. Sungguh aku masih perawan! Tapi mengapa gendang itu masih pecah, Ayah?1Â
 Kajian Pendekatan Sosiologi SastraÂ
 Sosiologi Pengarang Sebuah Tinjauan Sosiologis-Ekspresif
 Wa ode Wulan Ratna lahir di Jakarta,23 Agustus 1984, Ibunya seorang Jawa-Betawi (Jakarta). Sedangkan Ayahnya keturunan bangsawan Buton (Sulawesi). Oleh sebab itu sebenarnya ia menyandang nama Wa Ode Wulan Ratna.
 Almarhum Ayahnya adalah putra bangsawan Buton tentunya mengajarkan budaya Buton kepadanya. Pada usia 7 tahun ia pernah mengikuti upacara ini bersama kakak perempuannya, tetapi tidak sampai selesai karena tidak tahan berbagi aturannya. Dengan demikian, ia memiliki pengalam budaya khusunya upacara posuo. Oleh sebab itu, cerpen ini mempunyai warna lokal yang cukup kental. Â