Mohon tunggu...
Deni Altamfanni
Deni Altamfanni Mohon Tunggu... paradoks

selalu berpikir sederhana, lebih sering galau biar kelihatan sang penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mungkin Ustadz Itu Ngikuti Film Berkah di TV

20 Desember 2021   14:41 Diperbarui: 20 Desember 2021   14:45 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin pernah nonton film pintu berkah biasanya di gandrungi ibu-ibu yang  tayang disalah satu televisi, terkadang penontonya suka ngeomel sendiri atau sampai nangis terssendu-sendu

Film berkah ini berkisah tentang keberkahan hidup seseorang yang terus melakukan kebaikan meski diterpa berebagai cobaan dan ujian hidup berkali-kali. Cerita film yang diangkat pun cukup dekat dengan kehidupan masyarakat, rata --rata ceritanya tentang orang yang di bawah kemiskinan namun selalau bersedekah dan berkelakuan baik sehingga di akhir cerita bahagia dan sukses .

Namun terkadang film ini juga terasa sangat aneh, dan terasa sangat memaksakan walaupun niatnya baik, seperti salah satu kisahnya ada keluarga miskin, suami istri dengan dua orang anak tidak punya apa-apa, kelaparan sudah menjadi kebiasaan, suaminya pekerja serabutan, kalau bekerja bisa makan kalau tidak bekerja ya puasa, namun ke mulyaan keluarga ini sangat sholeh, selalu bersyukur atas nikmat dari tuhan.

Suatau hari, keluarga ini anaknya sakit, yang bikin miris Lagi keluarga ini belum makan dari kemarin sama sekali, karena suaminya belum mendapat kerjaan, mungkin disini banyak penonton pada menangis, karena adegan ini penuh dengan tangisan, penulis juga sedikit menitihkan air mata karena penulis nontonya sambil ngiris bawah merah untuk membuat telor ceplok.

si suami dengan menahan air matanya agar tidak menetes menjadikan butiran permata di sudut matanya, berangkat mencari kerjaan apa saja yang penting halal dan tidak menjadi pengemis, namun disini yang membuat penulis mengerutkan dahi, merasa ada yang aneh dengan si suamni ini, begitu setelah mendapat kerjaan, dia juga menahan laparnya agar uangnya untuk nafkah anak istri dan untuk berobat anaknya yang sedang sakit, namun di perjalan ada yang meminta minta orang yang sudah tua untuk berobat suaminya yang sakit dan mereka juga belum makan selama beberapa hari, si suami dengan penuh perhitungan memberikan semua uang hasil bekerja hari itu,  penulis langsung nepok jidat sampai terjungkal dari kursi

mungkin niatnya baik, lagi susahpun kita tetap bersedekah kepada orang lain, dan nanti akan di balas oleh tuhan 10 kali lipat, dan benar saja sutradaranya langsung menjadikan keluarga ini menjadi orang sukses,

Tapi apa seperti ini yang di sebut sedekah?  Dia bersedekah namun ada kewajiban yang utama adalah menafkahi keluarganya, dan keluarganya juga sedang benar-benar membutuhkannya, kenbapa dia gak itung dulu kebituhan keluarganya, baru sisanya berssedekah, kalau tidak iya setengah-setengah, tapi yang dilakukanya semua uangnya hasil kerja di berikan kepada orang lain sedangkan keluarga dia sedang kelaparan, menurtut saya dia itu berdosa bukan beramal,

Namun film ini sepertinya di praktekin oleh seorang ustadz, dalam berceramahnya selalu membahas bab sedekah, bahkan gak nanggung-nanggun di selalu berkata sedekahin semua hartanya niscaya akan di ganti berlipat ganda oleh tuhan, amiiinn

Saya pernah di salah satu yutub, ustadz ini berceramah seperti biasa isi ceramahnya membahas tentang sedekah,  penuh dengan semangat yang bergebu-gebu, membuat hati saya bergetar kencang, terbuai meresap kedalam hati nubari,

Di tengah-tengah ceramahnya beliau memanggil setiap yang akan sedekah, ada beberpa yang maju bersedekah, salah satunya

Seorang bapak-bapak, dia mengeluarkan uang ratus ribuan lima lembar, lalau unstad itu bertanya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun