Mohon tunggu...
Dendinar
Dendinar Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis yang hobi nulis.

Aktivis , Penulis dan Perasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paulo Freire dan Andragogi yang Merevitalisasi Pendidikan

3 Maret 2019   15:23 Diperbarui: 3 Maret 2019   16:06 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah hal yang masih sangat tabu untuk di bicarakan di indonesia, baik membicarakan sistem pendidikan sampai dengan kualitas pendidikan. Dalam hal pendidikan kita mengenal salah satu tokoh terkemuka dalam bidang pendidikan adalah paulo freire. Pria yang dilahirkan di Recife, sebuah kota pelabuhan bagian selatan Brasil pada 19 September 1921 adalah tokoh yang membuat suatu penyegaran dalam bidang pendidikan, yang terkenal dengan karyanya yang berjudul pendidikan untuk kaum tertindas.

Paulo Freire menyumbangkan filsafat pendidikan yang datang bukan hanya dari pendekatan yang klasik dari Plato, tetapi juga dari para pemikir Marxis dan anti kolonialis. Malah, dalam banyak cara , bukunya Pendidikan Kaum Tertindas dapat dibaca sebagai perluasan dari atau jawaban terhadap buku Frantz Fanon, The Wretched of the Earth, yang memberikan penekanan yang kuat tentang perlunya memberikan penduduk pribumi pendidikan yang baru dan modern (jadi bukan yang tradisional) dan anti kolonial (artinya, bukan semata-mata perluasan budaya para kolonis).

Gagasan yang dibawa oleh Paulo Freire adalah suatu sistem bagaiman caranya pendidikan bisa di ejawantahkan kepada suatu skema yang saling terintregasi satu sama lain. Dalam hal ini paulo freire beranggapan suatu pendidikan tidak boleh hanya di bebankan kepada satu pihak saja read:(pengajar) karena akan adanya suatu ketimpangan yang berujung pada perbudakan yang di buat oleh kaum penguasa read :(pemerintah).

Dalam skema yang di populerkan oleh Paulo Freire siswa/mahasiswa bukanlah bertindak sebgai suatu objek pendidikan yang harus tunduk dan patuh terhadap guru atau dosennya, akan tetapi siswa atau mahasiswa haruslah berkedudukan sama dengan pengajar yaitu menjadi subjek pendidikan yang pada akhirnya akan melahirkan sebuah skema belajar yang biasa di sebut andragogi.

Ketika siswa/mahasiswa saling berinteraksi satu sama lain dengan guru atau dosen maka komunikasi yang telah dilakukan akan berjalan lebih sempurna dibandingkan hanya guru atau dosen saja yang boleh berpendapat atau memberikan pembelajaran dikelas. komunikasi akan timpang tanpa adanya suatu timbal balik yang utuh dari komunikator kepada komunikan yang akan menyempurnakan suatu komunikasi.

Maka Paulo Freire dengan karyanya pendidikan kaum tertindas memberikan suatu sintesa mengnai pola pendidikan yang selama ini hanya dijadikan suatu alat bagi para kaum penguasa untuk menghegemoni masyarakat dengan cara mempersempit ruang gerak dari siswa/mahasiswa untuk berinovasi lebih karena terlalu terpaku dan terpenjara dengan sistem yang ada. Maka Paulo Freire beranggapan bahwa suatu sistem pendidikan bisa dikatakan baik apabila semuanya saling terintregasi satu sama lain sehingga adanya suatu sinergifitas dari berbagai pihak.

Dengan kondisi sistem pendidikan di indonesia yang mengharuskan di setiap daerah mengikuti sistem yang ada, walau secara kesiapan tidak sama rata akan tetapi pemerintah menyamaratakan segala aspek pendidikan di Indonesia yang mengakibatkan adanya banyak kesenjangan di berbagai daerah mengenai pendidikan.

Kritik harus berdasarkan adanya suatu kesenjangan antara ide dan realitas yang ada sehingga melihat sistem pendidikan di indonesia dengan adanya suatu kesnjangan antara ide dan realitasnya. Pendidikan bukanlah hanya sekedar suatu fatamorgana di terik panasnya padang pasir dia nampak tapi tak terasa begitupun pendidikan di indonesia pada saat ini nampak tapi tak terasa yang ada hanya suatu angan angan.

Maka ciri orang yang bijak adalah menempatkan sesuatu kepada porsinya, sehingga tidak adanya suatu kesenjang. Maka dari itu pendidikan di indonesia haruslah berdasarkan suatu sistem yang saling terintregasi satu sama lain dan tidak menjadi kaku karena aturan di buat untuk menertibkan bukan untuk memenjarakan. Jadilah tuan yang tak bertuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun