Mohon tunggu...
Pojok denBoedhi
Pojok denBoedhi Mohon Tunggu... -

ga penting menjadi nomor satu yang penting sudah segenap usahamu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lu salah Gua tidak! kenapa? krn nama gue bukan Jokowi

27 Oktober 2015   10:07 Diperbarui: 27 Oktober 2015   12:32 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja lepas dari sanksi sidang Badan Kehormatan, Wakil Ketua DPR Fadli Zon langsung mengeluarkan kritikan pedas kepada Presiden Jokowi.

Dalam salah satu situs disebutkan: VIVA.co.id - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesai, Fadli Zon, menyayangkan kunjungan di tengah masyarakat Indonesia sedang berjuang menghadapi bencana asap.

Selanjutnya Fadli mengkritisi bahwa kunjungan ini tidak begitu penting. "Saya yakin tidak banyak gunanya. Di tengah bencana asap, pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang belum selesai, tapi ditinggalkan begitu saja, ya tertunda," kata Fadli di Gedung DPR, Jakarta.
Kemudian terkait kinerja Presiden dalam pembahasan APBN pun tak luput dari kritik pedas. Beliau berasumsi dengan ditinggalkannya pembahasan APBN oleh Presiden Jokowi, berarti tidak ada keseriusan Presiden pembahasannya.

"Lebih baik masalah APBN ini ditunda saja sampai Presiden hadir. Kami lihat tidak ada keseriusan dari Presiden," ujar Fadli.

Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya ini melihat kunjungan Presiden Jokowi ke negeri Paman Sam itu tidak akan menghasilkan kebaikan bagi Indonesia. "Yang lebih banyak (untuk) kepentingan Amerika. Kita malah melayani Amerika," kata Fadli.

 

Menarik bahwa kritik beliau tentu sudah didasarkan pada pertimbangan yang matang. Sepertinya beliau tahu pasti apa yang harus dilakukan oleh pemimpin (Presiden) dalam situasi seperti ini.

Saya mencatat ada beberapa hal yang luput dari perhatian beliau. Pertama, bahwa kunjungan ini tentu sudah di jadwalkan jauh jauh hari. Mempertemukan dua pemimpin yang Agendanya begitu padat adalah tidak mudah. Tidak semudah menemui pejabat biasa. Untuk menemuinya lagi barangkali akan memerlukan waktu yg lama, dan dimungkinkan selama itu akan ada potensi2 keuntungan yang hilang dengan ketiadaan awal yang baik bagi jalinan hubungan dua pemerintah besar. Bahwa akhirnya kunjungan beliau dipercepat saya yakin ini murni semata2 karena rakyat Indonesia membutuhkan dukungan moril/ materiil penuh terkait bencana asap yang semakin mengkhawatirkan, bukan karena desakan beliau (bung Fadli Zon). Kedua, saya yakin, dari track record dan cara Presiden Jokowi memilih menteri2 dalam kabinetnya, pilihan presiden saat ini memiliki karakteristik yang sama, yaitu memiliki integritas, komitmen dan kemampuan yang tinggi pada bidang masing masing. Jadi bahwa statemen untuk menunda pembahasan sampai Presiden hadir adalah buah pemikiran yang sempit. Pemikiran yang merasa rugi karena kesempatan untuk mengkritik secara langsung  (walau blum tentu punya nyali) tidak terpuaskan. So, kenapa harus ditunda jika Presiden telah mengamanatkan kepada para "pembantunya".  Stetemen ketiga menurut saya lebih mencerminkan pada ego beliau yang maaf "berlebihan". Dari awal keberangkatan Presiden Jokowi ke Amerika masyarakat telah diinformasikan agenda kunjungan Bapak Presiden Jokowi selama di Negeri Paman Sam. sangat sangat terbuka dan transparan. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan agenda Wakil Ketua DPR yang terhormat ketika mengikuti sidang konferensi Parlemen Dunia. yang kita tahu itu hanyalah "bungkus" jalan jalan luar negeri puluhan anggota DPR, mengingat negara lain hanya mengutus beberapa orang parlementernya untuk hadir dan langsung kembali ke negara masing masing dalam waktu tidak terlalu lama. Dari sisi manfaatnya tentu Pembaca dapat menyimpulkan sendiri apakah lebih penting menemui Presiden AS dan Pengusaha2 lain dibanding ketemu tokoh Donald Trumph. Masyarakat  biasa dinasehati orang tua, hati hati kalo mau menunjuk ke seseorang, kenapa? karena hanya satu jari yang menunjuk orang tersebut tapi empat jari menunjuk ke diri sendiri. Nasehat ini mengandung filosofi bahwa sebelum kita mengkritisi seseorang dalam satu hal, kita harus instropeksi dan melihat banyak sisi kekurangan kita terlebih dahulu. Namun rupanya beliau mempunyai jawaban tersendiri terhadap nasehat itu. Dia salah, gua tidak....kenapa? karena nama gua bukan Jokowi!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun