Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bagi Didier Deschamp Ini Belum Berakhir

20 Desember 2022   18:56 Diperbarui: 20 Desember 2022   19:07 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski begitu, kepada Deschamps lah semua otoritas diberikan. Aim tienne Jacque yang berhasil membawa Prancis Juara Dunia 1998, memilih Deschamps sebagai Kapten tim bukan Zidane.

Deschamps memang mempunyai tugas tidak menarik. Mesti menjadi pemain pertama yang menahan semua pemain lawan yang mau memasuki area pertahanan Prancis dengan cara apapun. Apakah tackling keras bila pemain bergerak cepat, atau merebut bola ketika pemain dalam pergerakan lambat. Setelah merebut bola, Deschamps bertugas untuk mendistribusikannya. Tidak ada yang menarik dari dua tugas seperti itu.

Namun sebetulnya disinilah kelebihan Deschamps. Butuh kecerdasan membaca permainan lawan bila ingin efektif menahan pergerakan lawan. Sebaliknya, butuh ketepatan membaca permainan kawan bila ingin efektif mendistribusikan bola.

Di final Piala Dunia 1998 melawan Brazil, sulit bagi Deschamp untuk menahan Ronaldo il fenomeno yang eksplosif. Namun ketepatan membaca permainan, memungkinkan Deschamps membuat il fenomeno terisolir dan tidak berdaya. 

Tugas Deschamps memang merebut bola, tetapi setelah itu Deschamps lah yang menentukan arah bola. Apakah bola akan diberikan pada Thuram dan Lizarazu yang rajin menyusur sektor flank kiri kanan, Youri Djorkaeff yang bergerak di sektor hal space atau Zidane yang bergerak di tengah lapangan. Kepada siapa bola di distribusikan, akan menentukan format serangan seperti apa yang dijalankan.

Pada Babak I final Piala Dunia 1998, Zidane lah yang mencetak dua gol keunggulan Prancis. Namun dalam Yeux Dans Les Bleus, dokumenter yang merekam perjalanan Prancis di Piala Dunia 1998, ditunjukan bahwa Deshcamps lah yang pertama kali sampai ruang ganti pemain. Ketika Zidane terlihat lelah sambil tergelak di lantai dan beberapa pemain terlihat sumringah, Deschamps memandang tajam semua temannya. Mengingatkan mereka bila permainan belum berakhir. Masih tersisa 45 menit lagi yang harus dituntaskan dengan baik.

Setelah itu, satu persatu pemain didatangi Deschamps untuk membicarakan strategi permainan. Deschamps yang berposisi diantara pemain depan dan belakang, mendatangi Djorkaeff yang bermain di sektor depan. Kemudian juga berdialog dengan Thuram yang bermain di belakang. Tidak lupa mendatangi Zidane dan membisikan sesuatu sambil menepuk-nepuk pipi Zidane.

Dalam terminologi Sepakbola modern, posisi Deschamps adalah Deep-lying Play Maker. Berdiri diantara pemain belakang dan tengah, pemain ini bertugas menahan serangan lawan sekaligus merancang serangan tim dari awal. Orang Italia menyebutnya sebagai Regista atau Sutradara Film. Karena dialah pengatur orkestra permainan secara keseluruhan.

Hal itu juga yang ditunjukan Deschamps di final Qatar 2022. Setelah tertinggal 2-0 dari Argentina, Deschamps sadar bila anak buahnya kalah ball posession dan harus direspon dengan cepat dan tepat. Deschamps pun melakukan perubahan drastis.

Ousmane Dambele mesti diganti. Bukan hanya karena menjadi biang hukuman pinalti dan tidak ada kontribusi, tapi tidak cocok menjalankan direct ball yang direncanakan Deschamps. Begitu juga dengan Griezman dan Giroud. Theo Hernandez memang kerap maju ke depan membantu serangan. Hanya sering kedodoran menguasai pertahanan kiri Prancis sehingga sering dieksploitasi. Solusinya adalah Kolo Muani, Marcus Thuram, Kingsley Coman dan Camavinga.

Hasilnya seperti yang sudah kita ketahui. Keempat pemain yang dimasukan Deschamp, berkontribusi atas comeback nya Prancis. Berawal dari Kingsley Coman yang merebut bola dari Messi lalu mengirim umpan ke Kolo Muani. Akselarasi Muani memaksa Ottomendi melakukan pelanggaran yang berbuah pinalti. Sekitar 1.5 menit kemudian, giliran Marcus Thuram yang mengirimkan asist. Mbappe berhasil mengkonversi kedua peluang tersebut menjadi gol. Sementara Camavinga bukan hanya membuat pressing Argentina bubar, tapi menjadikan lini tengah lebih stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun