Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Invictus", Cara Nelson Mandela Menghadapi Polarisasi Politik di Afrika Selatan

4 Desember 2019   17:57 Diperbarui: 4 Desember 2019   18:10 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Invictus:
Cara Nelson Mandela Menghadapi Polarisasi Politik di Afrika Selatan

Ketika populasi Afrika Selatan berjumlah 45 Juta orang dan 25 Juta orang diantaranya adalah warga berkulit hitam, maka tidak sukar ditebak bila Nelson Mandela yang maju dalam Pemilihan Presiden langsung Afrika Selatan tahun 1994, terpilih menjadi Presiden Afrika Selatan. Pastinya ini bukan hanya karena Mandela berkulit hitam, tapi karena dia juga dikenal sebagai pejuang penuntut persamaan hak bagi warga kulit hitam. Mandela mesti mendekam di penjara selama 30 tahun akibat dari perjuangannya ini.

Namun karena masalah yang dihadapi Afrika Selatan cukup komplek dan tidak ada pengalaman birokrasi, media meragukan kepemimpinan Mandela. Menurut Media, Mandela mungkin bisa memenangkan pemilu presiden tapi bukan berarti bisa menjalankan pemerintahan dengan baik. Karena memenangkan pemilu dan menjalankan pemerintahan, adalah dua hal yang berbeda. Bahkan warga kulit putih mengatakan bahwa Afrika Selatan telah jatuh di tangan kekuasaan seorang anjing.

Diantara problem akut yang dihadapi Madiba, panggilan Mandela oleh orang-orang terdekatnya, adalah polarisasi tajam antara warga kulit putih dan kulit hitam. Ketika pemerintah yang berkuasa sebelumnya mempunyai prinsip supremasi kulit putih atas kulit hitam dalam bentuk politik apartheid, maka polarisasi itu menjadi ketersisihan warga kulit hitam atas kulit putih.

Secara politis, ketika Mandela berkuasa bukan hanya masa mengangkat harkat martabat warga kulit hitam, tapi juga pembalasan dendam atas warga kulit putih. Terlebih secara psikologis, Mandela yang Presiden diperlakukan tidak sebagaimana layaknya seorang Presiden. Ketika Mandela datang ke Istana, maka yang menyapa dan mengelus-elus fotonya adalah pegawai Istana berkulit hitam. Pegawai berkulit putih diam antara takut posisinya diganti atau merendahkan warga kulit hitam.

Namun Mandela ternyata tidak memanfaatkan kekuasaannya sebagai kesempatan untuk membalas dendam. Mandela selain sadar bahwa orang kulit putih memegang banyak posisi dan kemampuan strategis, juga ingat pada janjinya akan persamaan hak antara warga kulit putih dan kulit hitam. 

Bagi Mandela, kalau dia menyisihkan warga kulit putih, maka apa bedanya dengan warga kulit putih yang menyisihkan warga kulit hitam. Memaafkan dan menghapus dendam adalah dua hal yang sering dia ungkapkan. Meski tentunya itu tidak selalu bisa diterima oleh pendukungnya. Bahkan oleh anaknya sekalipun.

Diantara pembenahan yang dilakukan Mandela untuk menyatukan warga kulit hitam dan kulit putih adalah dengan menunjuk militer berkulit putih, untuk menjadi pengawalnya. Hal yang awalnya ditolak oleh Paspampres Mandela yang berkulit hitam. Karena Paspampres berkulit putih itu adalah bagian dari aparat pemerintah yang dulu memburu dan mau membunuh Mandela. 

Nelson Mandela bersikeras dengan keputusannya. Karena menurut Mandela, Paspampres adalah gallery politik penampilan dia. Melalui komposisi warna kulit Paspampres yang akan mengiringi kemanapun Mandela bergerak, disana tergambar visi Mandela tentang persatuan antara warga kulit putih dan kulit hitam.

Tetapi Invictus tidak sedang membicarakan strategi dan upaya politik Mandela secara keseluruhan untuk menjadikan Afrika Selatan bersatu. Diadaptasi dari buku berdasar kisah nyata, Invictus menceritakan bagaimana sikap dan upaya Mandela menjadikan tim Rugby Afrika Selatan menjadi Juara Dunia serta simbol persatuan Afrika Selatan.

Tim Rugby Afrika Selatan sendiri, biasa dipanggil Bokke, tidak bisa dipisahkan dari polarisasi politik yang ada di Afrika Selatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun