Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Kembali Pemikiran Alm. Kuntowijoyo: Dari Perlunya Mengilmui Islam sampai Tidak Perlunya Partai Islam (1)

9 Juli 2019   22:13 Diperbarui: 9 Juli 2019   22:40 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut Hermeneutik, ada tiga posisi pembaca ketika berhadapan dengan teks. Posisi subordinat, sejajar dan superior. Dalam posisi subordinat, pembaca adalah orang yang didikte teks. Dia memamah apa yang disajikan sebuah teks tanpa perlawanan.

Adapun dalam posisi sejajar, dikarenakan asupan informasi yang dia terima sebelumnya, maka pembaca bisa berinteraksi dan memahami teks secara lebih mendalam sampai melakukan dialog imajiner dengan pembuat teks. Sementara dalam posisi superior, pembaca adalah orang yang bisa mendikte, mengevaluasi juga mengkritisi sebuah teks.

Karena manusia selalu berkembang dan berubah, tidak heran bila sebuah teks itu bukan hanya akan menghadirkan makna berbeda bila dibaca oleh dua orang yang berlainan, tetapi juga akan menghasilkan makna berbeda bila dibaca oleh orang yang sama di waktu berbeda. Di antaranya karena ada posisi yang berubah antara pembaca dan teks.

Pandangan ini selaras dengan tafsiran atas perintah Iqra (baca). Menurut Quraish Shihab, kata Iqra dalam ayat-ayat Quran yang pertama turun terulang dua kali. Maknanya, kita harus mengulang bacaan karena pengulangan bacaan akan melahirkan makna berbeda.

Mungkin konteks inilah yang membuat saya membaca kembali beberapa karya salah satu Intelektual Muslim terkemuka yang sudah tiada ini, Almarhum Kuntowijoyo. Karena saya yakin, pembacaan kembali bukan hanya akan menghasilkan makna yang berbeda, tetapi juga menangkap makna yang dulu mungkin terlewat tidak kita pahami.

Lalu bagaimanakah di antara pemikiran Almarhum itu?

Ketika dimintai pendapat tentang pemikiran Alm. Kuntowijoyo, Sosiolog kondang Arief Budiman menyebutkan bahwa beliau adalah salah satu dari segelintir cendikiawan Indonesia yang produktif. Gagasan beliau biasanya mendalam, tidak hanya berupa kesan sekilas.

Namun bila kita membaca kembali pemikiran Almarhum, kita tidak hanya akan menemukan sebuah ide, tetapi juga kedirian seorang cendikiawan. Ada pancaran tanggung jawab moral seorang cendikiawan. Kita akan menangkap kesan kuat pembelaan almarhum terhadap umat Islam yang menurut beliau disisihkan, tapi di sisi lain dengan sangat dingin Almarhum memberikan kritik mendalam kepada umat Islam.

Karenanya di satu sisi kita membacanya adanya concern beliau akan peningkatan SDM umat, mobilitas sosial umat dan orientasi politik umat Islam yang lebih jernih dan rasional, tapi di sisi lain beliau dengan sangat datar dan serius mengatakan bahwa umat Islam itu tidak perlu Partai Islam.

Beliau juga tidak sungkan mengkritik Muhamadiyyah, organisasi sosial keagamaan tempat dia bernaung. Menurutnya Muhamadiyyah adalah gerakan kebudayaan tanpa strategi kebudayaan. Ada hal yang perlu dikoreksi dan di evaluasi dari upaya purifikasi ajaran Islam yang diusung Muhamadiyyah. Hal itu bisa kita lihat dari beberapa gagasan sentral beliau tentang Ilmu Sosial Profetik (ISP), budaya, dan juga Politik Islam.

ISP adalah projek intelektual dan gagasan sentral almarhum yang sampai sekarang terputus belum ada yang melanjutkan. Untuk menggambarkan maksud dari ISP ini, peraih Ph.D dari Columbia University ini mengatakan: "Selama umat memahami Islam hanya sebagai transendensi semata-mata dan hukum halal-haram, Islam tidak akan sanggup meyakinkan orang dan mampu ikut dalam memecahkan permasalahan bangsa dan manusia. Apalagi jika Islam hanya dipahami sebagai hukuman berdasarkan syariat (potong tangan, rajam, cambuk)".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun