Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Life Is Beutiful": Hidup Itu Persepsi

3 April 2018   09:48 Diperbarui: 3 April 2018   09:49 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pertama kali nonton film ini, dulu awal-awal selesai kuliah. Masih teringat sampai sekarang, karena film Italia ini sangat menohok diri saya dan sedikit banyaknya mempengaruhi cara saya berfikir. Karenanya ketika saya ingat film ini dan ada kesempatan untuk menonton kembali, kesempatan itu tidak saya sia-siakan.

Guido seorang Yahudi datang ke salah satu kota di Italia menemui pamannya untuk ikut bekerja. Sebagai pendatang, Guido pastinya mendapat kesulitan mewujudkan keinginannya. Diantaranya adalah ingin membuat toko buku dan menikahi Dora, perempuan cantik kaya raya di kota tersebut. Dalam menghadapi kesulitan-kesulitan itulah, Guido selalu menghadapinya dengan cara kreatif, gembira dan sedikit nakal.

Guido sendiri akhirnya bisa mewujudkan keinginannya. Mempunyai Toko, menikahi Dora dan dikarunia seorang anak bernama Joshua. Hari-hari Guido lalu dihabiskan mengantar istrinya mengajar di sekolah dan membawa anaknya menjaga toko buku. Sampai pada akhirnya konstelasi politik dunia merubah hidup Guido dan keluarganya.

Nazi sudah lama mengendus Guido dan pamannya sebagai Yahudi. Kuda paman Guido pernah dicat hijau lalu diberi coretan bahwa itu adalah kuda nya Yahudi. Pintu toko buku Guido ditulisisebagai tokonya orang Yahudi. Toko-toko di sekitaran toko Guido pun banyak dituliskan papan peringatan tidak memperbolehkan Yahudi dan Anjing masuk.

Ketika Guido sedang bersama anaknya di toko, dua orang Nazi berpakaian sipil mendatangi Guido dan memaksanya datang ke suatu tempat. Meski Guido tahu bahaya mengancam dirinya, Guido tidak terlihat panik dan cemas. Di depan anaknya yang masih kecil, dia tetap cerita dan mengatakan bahwa dia mesti pergi dahulu sebentar. Beberapa hari kemudian, Guido beserta anaknya pun diangkat ke kamp tahanan. Dora istrinya memaksa diikutkan menjadi tahanan, meski bukan Yahudi.

Di tahanan Nazi inilah terlihat pintar, romantik dan nakal nya Guido dalam melindungi anaknya. Guido tidak pernah mengatakan pada anaknya bahwa mereka sedang di kamp tahanan dengan sejuta ancaman berbahaya, Guido justru mengatakan bahwa mereka sedang mengikuti sebuah permainan yang hadiahnya adalah mainan Tank kesukaan anaknya. Ketika anaknya mengatakan bahwa dia bosan dengan mainan Tank, Guido mengatakan bahwa tank yang akan dia dapatkan itu tank sungguhan. Si anak sumringah dan antusias mengikuti "permainan"

Ketika tentara Jerman memasuki barak tawanan dan mencari orang yang mengerti bahasa Jerman untuk menerjemahkan aturan-aturan di kamp, dengan percaya diri Guido mengatakan bahwa dia mengerti bahasa Jerman. Padahal Guido tidak mengerti. Berlagak sedang menterjemahkan perkataan pasukan Jerman, Guido malah mengucapkan aturan-aturan permainan yang mesti diikuti si anak. Pada saat itu, tampak tiga raut muka berlainan ekspresi. Tentara Jerman yang yakin bahwa Guido sedang menterjemahkan perkataan komandannya, penghuni penjara yang bingung dengan terjemahan dari Guido dan Joshua yang seksama mendengarkan aturan permainan untuk mendapat hadiah tank.

Karenanya sepanjang kamp tahanan penjara, Joshua menjalaninya dengan ceria. Seolah dia sedang mengikuti sebuah permainan berhadiah Tank sungguhan. Ketika Joshua menemukan berbagai kejanggalan, seperti teman-temannya yang dimasukan kamar gas untuk dibunuh, Guido dengan muka berseri mengatakan bila anak-anak itu sedang menipunya karena mereka sedang mengumpulkan poin untuk menjadi pemenang utama. Anak Guido tidak mengalami kecemasan dan ketakutan sebagaimana tahanan anak-anak lainnya.

Akhir cerita ini, sebagaimana biasanya, berakhir dramatis. Malam menjelang tentara Nazi pergi dari penjara karena kalah perang, Guido justru meninggal. Tentara Nazi memergokinya sedang menyamar menjadi perempuan karena ingin menyelematkan istrinya di asrama perempuan.

Joshu sendiri, karena mengikuti "aturan permainan" dari Guido, berhasil keluar dengan selamat dan gembira. Ketika penjara kosong karena ditinggalkan pasukan Nazi, anak Guido keluar dari persembunyiannya. Ketika itulah tentara Amerika masuk ke penjara dengan Tank bajanya. Joshua takjub melihat Tank baja yang sesungguhnya. Lebih takjub lagi, ketika pasukan Amerika mengajak Joshua memasuki Tank baja tersebut. Karenanya ketika di jalan dia bertemu dengan Ibunya yang masih berpakaian tahanan, Joshua langsung menemuianya dan berteriak bahwa dia sudah menang permainan dan memenangkan hadiah Tank perang sungguhan. Bukan gembira karena keluar dari penjara.

Inilah pesan menarik film ini, ketika Guido menggambarkan pada anaknya realitas yang dihadapinya dengan cara berbeda. Dengan gambaran Guido, alih-alih merasa tertekan dan terancam, Joshua justru menjalan hidup di kamp dengan ceria dan biasa-biasa saja. Joshua pastinya tidak akan seperti itu bila dia tahu realitas sesungguhnya yang sedang dia hadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun