Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ulasan Film "Malcolm X"

13 Januari 2018   21:58 Diperbarui: 14 Januari 2018   10:07 2771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malcolm kecil juga mesti mengubur cita-citanya untuk menjadi lawyer. Meskipun dia adalah siswa terbaik di kelasnya. Karena lawyer adalah profesi elite yang hanya pantas bagi orang kulit putih.

Kehidupan Malcolm muda berakhir di penjara karena kasus pencurian. Hukuman terhadap Malcolm bertambah berat karena sentimen hakim yang mengetahui kalau Malcolm sudah tidur dengan perempuan kulit putih. Suatu hal yang sangat tabu dan menghina bagi orang kulit putih pada masa itu. 

Tetapi penjara inilah yang kemudian merubah jalan hidupnya. Di penjara Malcolm bertemu dengan Baines, seorang muslim berkulit hitam dari organisasi Nation of Islam, yang mengingatkan Malcolm tentang jalan hidupnya yang keliru dan memperkenalkan Islam sebagai sebuah cara pandang baru. Malcolm menerima cara pandang yang disampaikan Baines, sampai kemudian masuk Islam, bergabung dengan Nation of Islam dan menjadikan Elliah, Ketua Nation of Islam, sebagai pemimpin yang dia kagumi. 

Dalam hidup Malcolm sendiri, selain penjara, maka ber Haji ke Makkah adalah dua hal yang merubah pandangan dan cara hidupnya secara drastis. 

Penjara bukan hanya memperkenalkan Malcolm dengan Islam, tetapi merubah haluan hidupnya. Usai keluar dari penjara, Malcolm aktif melakukan gerakan penyadaran akan hak-hak warga kulit hitam juga melakukan upaya advokasi. Ceramahnya yang menarik, tidak hanya membuat orang tertarik mendengarkan, tetapi juga membuat organisasi Nation of Islam bertambah besar. 

Tetapi dalam masa ini, Malcolm dianggap rasis. Malcolm memperjuangkan hak warga kulit hitam dengan menebar kebencian terhadap warga kulit putih dan tidak mau bekerjasama dengan warga kulit putih atau kelompok-kelompok kulit hitam lainnya yang mempunyai isyu yang sama. Sehingga digambarkan ketika ada warga kulit putih bersimpati dan setuju terhadap perjuangan Malcolm dan bertanya apa yang bisa dia lakukan, Malcolm menolak untuk dibantu. Dalam menyelesaikan masalah diskriminasi di Amerika, Malcolm dan organisasinya mengusulkan pemisahan warga kulit hitam dan warga kulit putih. 

Pada masa ini juga Malcolm mendapat kenyataan pahit. Eliah yang selalu dia jadikan panutan dan Nation of Islam tempat dia bernaung, ternyata sudah menyimpang dari tujuan semula. Organisasi yang semakin besar dan dikenal, ternyata dimanfaatkan oleh sebagian elite nya untuk memperkaya diri. Bukan hanya menyimpang dari tujuan semula, bahkan menyimpang dengan nilai-nilai Islam. 

Dalam kondisi seperti ini, Malcolm X menyatakan keluar dari Nation of Islam. Lalu untuk lebih mendalami Islam dan meluaskan cara pandang, Malcolm pergi ke Makkah untuk melaksanakan Haji. 

Ketika melaksanakan Haji inilah Malcolm mendapat pengalaman hidup yang tidak pernah dia dapat sebelumnya. Dia bisa bersama-sama berkumpul dengan warga dunia lainnya meski berbeda-beda warna kulit dan ras. Bahkan dalam satu kesempatan, Malcolm bisa makan dan minum bersama dengan memakai tempat dan gelas yang sama dengan orang kulit putih. Sesuatu yang tidak pernah dia alami sebelumnya di Amerika. Malcolm menemui kenyataan bahwa orang kulit putih yang selama ini dia caci maki, ternyata juga ada yang baik. Haji sudah mencerahkan Malcolm.

Sepulang dari Makkah, Malcolm punya sikap dan pandangan yang berbeda dengan sebelumnya. Malcolm bersedia bekerjasama dengan kelompok-kelompok kulit hitam lainnya dalam memperjuangkan hak-hak mereka, juga mempunyai pandangan yang lebih positif terhadap warga kulit putih yang selama ini dia anggap seluruhnya penindas. 

Tetapi pertentangan Malcolm dengan Nation of Islam semakin meruncing. Malcolm mempunyai cara pandang berbeda dalam memperjuangkan hak-hak orang Afro-America. Masalahnya semakin meruncing manakala CIA juga mengambil kesempatan dalam konflik ini. Malcolm menduga bahwa penolakan warga kulit hitam terhadap dirinya sudah tidak lagi murni, tapi juga ditunggangi oleh CIA. Orang-orang yang menteror dirinya, adalah orang-orang yang dibiayai CIA, begitu juga dengan orang-orang yang disuruh untuk membunuh dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun