Mohon tunggu...
Deliana Panjaya
Deliana Panjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa Akuntansi, Universitas Kristen Indonesia Paulus

Saya adalah mahasiswa Akuntansi yang aktif dalam perkuliahan untuk mengembangkan pengetahuan saya tentang ekonomi dan bisnis, terutama di bidang akuntansi. Melalui tulisan di Kompasiana, saya berharap dapat berbagi wawasan dan memperluas diskusi mengenai isu-isu akuntansi yang relevan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Butuhkah Indonesia Lebih Banyak Akuntan Forensik?

2 Oktober 2025   12:59 Diperbarui: 2 Oktober 2025   11:57 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun terakhir, publik sering dikejutkan dengan skandal keuangan yang nilainya sangat besar. Kasus Jiwasraya, Asabri, hingga Garuda Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana laporan keuangan bisa dimanipulasi untuk menutupi kerugian atau menampilkan laba semu. Yang lebih mengejutkan, kasus-kasus ini tidak langsung terdeteksi meski sudah diaudit.

Pertanyaan yang muncul: apakah kita selama ini terlalu mengandalkan audit? Apakah Indonesia sebenarnya membutuhkan lebih banyak akuntan forensik yang memang fokus membongkar praktik fraud keuangan?

Bagi sebagian orang, istilah akuntansi forensik mungkin terdengar asing. Padahal, profesi ini sangat penting. Akuntan forensik tidak hanya memeriksa apakah laporan keuangan sesuai standar, tapi juga menyelidiki apakah ada manipulasi, penggelapan, atau tindak kecurangan. Hasil kerjanya bisa dipakai di pengadilan sebagai alat bukti.

Kalau auditor biasa fokus pada kepatuhan, akuntan forensik lebih mirip "detektif keuangan" yang mencari motif, pola, dan bukti kecurangan.

Menurut Survei Fraud Indonesia 2020 dari ACFE, kerugian akibat fraud di Indonesia sangat besar. Kasus yang paling banyak adalah korupsi (69,8%), penyalahgunaan aset (20,9%), dan manipulasi laporan keuangan (9,2%). Meski presentasenya kecil, dampaknya sangat besar karena bisa menimbulkan kerugian triliunan rupiah dan merusak kepercayaan publik.

Bayangkan, kasus Jiwasraya saja ditaksir merugikan negara lebih dari Rp16 triliun. Belum lagi kasus investasi bodong dan pinjaman online ilegal yang nilainya mencapai ratusan triliun. Tanpa keahlian investigatif yang mendalam, praktik semacam ini bisa terus terjadi.

Jumlah akuntan forensik di Indonesia hingga kini masih tergolong terbatas. Menurut data Lembaga Sertifikasi Profesi Auditor Forensik (LSPAF), sampai pertengahan 2023 baru ada sekitar 2.289 auditor forensik bersertifikat (CfrA) yang tersebar di berbagai instansi pemerintah, lembaga keuangan, hingga perusahaan swasta. Angka ini tentu masih kecil bila dibandingkan dengan luasnya kebutuhan pengawasan keuangan di Indonesia.

Dari sisi pendidikan, memang sudah ada sejumlah perguruan tinggi yang mulai mengenalkan mata kuliah audit forensik, bahkan beberapa program pascasarjana menawarkan konsentrasi khusus. Namun, secara umum akuntansi forensik belum menjadi bidang utama yang diajarkan secara merata di universitas. Akibatnya, jumlah lulusan yang benar-benar fokus di bidang ini masih terbatas.

Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi. Seorang akuntan forensik masa kini dituntut untuk menguasai data analytics, forensic software, bahkan mulai beradaptasi dengan artificial intelligence (AI) dalam investigasi keuangan. Sejumlah penelitian terbaru (2024--2025) menunjukkan bahwa penggunaan data analytics dan AI dapat meningkatkan akurasi audit investigatif, tetapi kendala besar masih ada pada keterampilan auditor dan integrasi sistem teknologi di institusi.

Meskipun kesadaran akan pentingnya akuntansi forensik sudah tumbuh, tantangan Indonesia tetap terletak pada jumlah tenaga ahli yang masih terbatas dan kompetensi teknologi yang belum merata.

Sebagai mahasiswa akuntansi, saya melihat bahwa keberadaan akuntan forensik di Indonesia bukan sekadar pelengkap, tetapi sebuah kebutuhan mendesak. Dengan maraknya kasus fraud dan korupsi, kita membutuhkan lebih banyak akuntan yang berani dan kompeten untuk mengungkap kebenaran keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun