Kondisi Ini Ancam Ketahanan Pangan dan Ekonomi Warga
Kerugian akibat gagal panen ini bukan hanya berdampak pada hasil pertanian semata, tetapi juga berimbas pada ketahanan pangan keluarga dan pendapatan ekonomi. Bagi petani kecil yang sepenuhnya mengandalkan panen untuk kebutuhan makan sehari-hari, kehilangan hasil panen berarti harus membeli bahan makanan pokok yang biasanya bisa mereka hasilkan sendiri.
"Biasanya kami bisa makan dari hasil panen sendiri. Singkong bisa disimpan untuk beberapa minggu. Tapi sekarang, karena tidak panen, ya harus beli. Padahal penghasilan juga terbatas," tutur Pak Suparno (55), yang mengalami kerusakan parah pada ladangnya.
Ia mengungkapkan, harga pupuk dan biaya tenaga kerja yang sudah dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Banyak dari petani kini terpaksa mencari penghasilan tambahan sebagai buruh bangunan atau buruh tani di tempat lain demi menyambung hidup.
Harapan pada Dukungan Pemerintah dan Lembaga Terkait
Melihat kondisi yang semakin mengkhawatirkan ini, warga berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah atau dinas terkait. Salah satu yang mereka harapkan adalah penyuluhan atau pendampingan tentang metode pertanian yang lebih adaptif terhadap gangguan satwa liar, hingga bantuan dalam bentuk pengamanan ladang atau sistem pertanian terpadu.
Warga juga berharap ke depannya bisa ada kerja sama antara warga dan lembaga lingkungan hidup untuk membuat pagar alami dari tanaman tertentu atau sistem alarm sederhana untuk deteksi dini kehadiran monyet.
Masalah konflik antara manusia dan satwa liar di kawasan pedesaan seperti Tegalweru adalah potret nyata bagaimana perubahan lingkungan dan habitat turut memengaruhi kehidupan masyarakat. Dibutuhkan kerja sama lintas sektor untuk menemukan solusi yang tidak hanya menyelesaikan masalah jangka pendek, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dalam jangka panjang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI