Gunungkidul. 22 April 2025- Harapan petani di Padukuhan Tegalweru, Kalurahan Tepus, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul untuk menikmati hasil panen singkong dan kacang tanah tahun ini harus kandas. Musim panen yang seharusnya menjadi waktu penuh sukacita justru berubah menjadi kegelisahan karena serangan hewan liar, terutama kawanan monyet yang kerap merusak ladang milik warga.
Petani di Tegalweru sejatinya sudah menanti waktu panen ini selama berbulan-bulan. Dengan kondisi tanah yang cukup subur, komoditas seperti singkong dan kacang tanah menjadi andalan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk dijual di pasar lokal. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, ancaman dari monyet liar semakin menjadi-jadi.
Monyet Turun Gunung
Sejumlah warga menyebut bahwa populasi monyet liar yang berasal dari kawasan hutan di perbukitan mulai mendekati area permukiman dan ladang. Mereka tidak segan-segan masuk ke lahan pertanian warga, mencabut tanaman singkong yang baru tumbuh, menggali umbi-umbian, dan mengacak-acak lahan kacang.
"Panen saya tahun ini hampir 70 persen rusak. Singkong yang ditanam sejak musim hujan lalu banyak yang dicabut monyet. Ada juga yang dimakan sebagian, sisanya dibuang begitu saja," keluh Pak Suparno (55), salah satu petani yang memiliki ladang di kawasan Tegalweru.
Menurutnya, serangan ini tidak terjadi hanya sekali dua kali. Dalam seminggu, hampir setiap hari kawanan monyet datang, terutama saat ladang tidak dijaga. "Biasanya mereka datang pagi-pagi atau saat malam hari ketika tidak ada penjagaan. Kami ini tidak mungkin menjaga ladang terus-menerus karena harus bekerja juga. Kalau malam, lebih sulit lagi," tambahnya.
Berbagai Upaya Dilakukan, Hasil Belum Maksimal
Menghadapi situasi tersebut, warga pun tidak tinggal diam. Beberapa petani mencoba membuat orang-orangan sawah, meletakkan kaleng-kaleng bekas yang bisa menghasilkan suara, hingga memasang jaring sederhana di sekitar ladang. Sayangnya, upaya tersebut belum efektif untuk menghalau monyet yang semakin cerdik.
"Awalnya kami kira mereka takut suara, jadi kami gantungkan kaleng dan plastik. Tapi ternyata hanya sesaat saja mereka kaget, lama-lama mereka terbiasa dan tetap datang lagi,"Â ujar Bu Ratini, seorang petani perempuan yang menanam kacang tanah di lereng bukit.
Sebagian warga bahkan bergantian menjaga ladang pada siang hari, namun karena kawanan monyet justru kerap muncul saat malam, ladang tetap tidak aman. Ada juga yang mencoba menanam tanaman pengalih seperti pisang dan pepaya di tepi ladang agar monyet tidak masuk ke area utama. Cara ini sempat berhasil mengalihkan perhatian monyet, namun pada akhirnya tanaman pengalih juga rusak parah.